DAVE PELZER! Siapakah dia? Dia adalah salah seorang korban selamat dari kasus child abuse (= kekerasan terhadap anak),
yang terjadi di Amerika Serikat. Kasus yang dialami Dave Pelzer
merupakan kasus child abuse nomor
tiga terparah, yang pernah tercatat di seluruh negara bagian Califonia.
Pelzer kecil kehilangan kesempatan bermain. Sang ibu selalu mengurungnya di rumah. Bahkan, dia tak diperbolehkan bermain-main
dengan kedua saudara kandungnya. Untunglah dia masih diperbolehkan untuk pergi ke sekolah. Namun tentu saja, Pelzer kecil bersekolah dengan kondisi mengenaskan. Tubuhnya kurus kering penuh luka
penganiayaan. Pakaiannya compang-camping dan tubuhnya dekil. Dia pun kerap kali
mencuri makanan bekal kawan-kawan sekolahnya. Pendek kata, dia menjadi siswa bermasalah.
Begitulah nasib buruk
yang dialami Pelzer semasa anak-anak. Sebuah kisah nyata yang rasanya lebih
mirip dengan kisah film yang dramatis. Bagaimana bisa seorang ibu kandung tega
menyiksa anak kandungnya sedemikian rupa? Bagaimana bisa sang ibu yang
bersangkutan memiliki kepribadian ganda? Tega berbuat kejam kepada buah hatinya
sendiri, sedangkan ketika di hadapan pihak lain dapat berubah menjadi ibu yang
ramah kepada si anak yang selalu disiksanya.
Tapi takdir-Nya berjalan. Di kemudian hari, Dave Pelzer tidak lagi seorang bocah lelaki yang menyedihkan. Dia telah bermetamorfosis menjadi seorang lelaki dewasa yang penuh percaya diri. Bahkan, selalu
mempunyai harapan-harapan masa depan.
Sudah pasti metamorfosis itu diraihnya dengan penuh perjuangan. Pelzer kecil
selalu memikirkan hal-hal yang indah, sesuai dengan yang diinginkannya. Sesuatu yang sangat
bertolak belakang dengan kenyataan hidupnya sendiri. Sambil membereskan
pekerjaan rumah yang sangat banyak dan berat untuk anak seusianya, yang
dibebankan oleh ibu kandungnya sendiri, Pelzer kecil senantiasa berpikir
tentang kebebasan dirinya. Bebas lepas dari segala macam kekejaman tak terkontrol sang ibu kandung.
Bayangan-bayangan tentang kehidupan yang indah memang selalu dihadirkan Pelzer. Tujuannya tentu saja untuk menghibur dan menyamankan diri. Terlebih tatkala dia sudah merasa sangat kelelahan dan kesakitan. Apa boleh buat? Rupanya itulah satu-satunya cara untuk
menyamankan dirinya sendiri.
Jelas bahwa Pelzer
adalah sosok anak yang kuat. Dia mampu bersahabat dengan ujian hidup yang berat. Dia
bagaikan karang kokoh yang tak terpatahkan di tengah lautan ganas. Meskipun
tiap hari dihantam ombak liar yang bergulung-gulung, dia tetap tegar berdiri. Dengan caranya yang khas
anak-anak, dia berusaha menghadirkan sesuatu yang bernama “kebahagiaan”. Dan,
tentu saja, cara menghadirkannya melalui pikiran positifnya.
Untuk kurun
waktu yang lama, Pelzer berhasil bertahan dengan cara seperti itu. Hingga takdir Tuhan membuatnya bisa benar-benar terlepas dari cengkeraman sang ibu
kandung. Dan selanjutnya, dia pun berkesempatan tumbuh dewasa dalam situasi
diri yang betul-betul berbeda.
Terus terang saja, tidak banyak anak korban child abuse yang setangguh dan
seberuntung Dave Pelzer. Demikian pula, tidak banyak orang yang mampu bersahabat dengan ujian hidup yang sulit dan berat. Nah! Berkaca dari kasus
Dave Pelzer, sebagai manusia yang mengaku beriman, kita mestinya juga mampu bersikap sama. Bukankah Allah tidak
pernah membebani hamba-Nya dengan beban yang melampaui kemampuan si hamba?
Jelas dan tegas Alquran telah menyatakannya, “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (Q.S. al-Baqarah: 286). Maka sesungguhnya,
tak ada alasan bagi kita untuk tidak mau
“bersahabat” dengan ujian hidup. Toh ujian hidup juga merupakan karunia-Nya.
Apa MORAL CERITA dari kisah Dave Pelzer tersebut? Begini. Lagi-lagi
kita hanya disuruh memilih. Bersedia menerima cobaan hidup dengan ikhlas atau
tidak? Jika kita menerima dengan ikhlas, maka segalanya akan terasa mudah dan
ringan. Jika kita tidak mampu menerimanya dengan ikhlas, maka segala yang terjadi akan terasa
berat dan sulit.
Tulisan di atas dikutip dari buku Jangan Bersedih (Adiba A. Soebachman)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!