Senin, 30 Juni 2025

Cerita Sarkem Yogyakarta

4 komentar

HALO, Sobat Pikiran Positif? Apakah kamu sedang tertawa-tawa gara-gara melihat foto yang kusematkan di tulisan ini? Hayo, ngaku saja.

Kalau kamu tertawa, penyebabnya apa? Sebab membaca papan nama jalan yang ada di belakangku? Sebab menertawakan dua pria yang numpang pose saat aku berfoto?

Kalau kamu tertawa sebab membaca papan nama jalan, yaitu Jl. Pasar Kembang, kusimpulkan bahwa kamu remaja zadoel yang tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya.

Kuberani menyimpulkan pula bahwa kamu bisa menangkap semangat keisenganku dengan berpose di situ. Tepat di ujung jalan itu. Jalan Pasar Kembang Yogyakarta.

Kalau kamu tertawa sebab dua pria yang berdiri dekat papan nama jalan itu, merasa geli karena mereka diam-diam numpang pose saat aku berpotret, kamu benar!

Mereka memang oknum yang bikin bocor fotoku. Lama ditunggui enggak kunjung pindah. Alhasil, terpaksalah aku berfoto dengan latar belakang mereka.

Hmm. Aku curiga. Sepertinya mereka memang ingin berfoto di dekat papan nama itu. Lalu, fotonya bakalan dipamerkan di medsos atau WA Story.

Cermatilah. Dari segi tampang, mereka kurang lebih segenerasi denganku. Jangan-jangan mereka juga menangkap semangat keisenganku berfoto di situ? Jadi intinya, kami sama-sama iseng berpose di ujung jalan keramat. Eh, Jalan Pasar Kembang.

Sampai di sini, tentu kamu dan kamu yang tak paham Pasar Kembang merasa bingung. Ada apa dengan Pasar Kembang? Bukankah tak ada yang salah?

Iya. Sesungguhnya tak ada yang salah. Jalan di sebelah selatan Stasiun Yogyakarta itu, dahulu memang dipenuhi penjual kembang. Yakni kembang-kembang yang biasa dipakai untuk nyekar. Nyekar adalah pergi ke makam (berziarah).

Akan tetapi, di situ juga merupakan tempat mangkal para "kembang". Kupu-kupu malam. Jadi, selain ada kembang ada pula "kembang".

Begitulah faktanya. Hingga akhirnya kawasan tersebut terkenal sebagai tempat prostitusi legendaris di Yogyakarta. Terkenalnya dengan nama Sarkem alias Pasar Kembang.

Dengan demikian, generasi zadoel pasti senyum-senyum jika mendengar nama Sarkem disebut-sebut. Syukurlah generasi zaman now tidak relate lagi. Yang berarti, Sarkem kini telah kehilangan pamor. Tidak lagi tenar meskipun de facto masih eksis.




Senin, 23 Juni 2025

Mereka Sarapan di Plaza Ngasem

32 komentar




HALO, Sobat PIKIRAN POSITIF? Semoga kalian sedang merindukan tulisan baru dari blog ini. Setelah beberapa waktu tidak mengunggah tulisan baru akibat manajemen waktuku yang buruk (gara-gara fokus menulis di tempat lain), syukurlah kali ini aku siuman.

Semoga sejak sekarang aku kembali disiplin mengunggah tulisan baru. Hiks ... hiks .... Jadi teringat Komunitas 1M1C (1 Minggu 1 Cerita). Jujur saja. Komunitas itulah yang menjadi pengontrol kedisiplinanÄ·u untuk selalu mengunggah minimal satu tulisan tiap minggunya.

Baik. Sekarang, mari mulai ngomongin kulineran di Pasar (Plaza) Ngasem Yogyakarta. Tunggu, tunggu. Mungkin kalian bingung. Kok aku menulis Pasar (Plaza) Ngasem? Sebenarnya pasar atau plaza?

Keduanya benar. Pasar  Ngasem ada. Plaza Ngasem juga ada. Keduanya berada di dalam satu kompleks. Plaza Ngasem terletak di bagian belakang Pasar Ngasem. Nah. Pusat kulinerannya di Pasar Ngasem. Sementara Plaza Ngasem adalah tempat asik untuk menikmati jenis kuliner yang telah dipilih untuk sarapan.



Baca juga: 
Sebuah Tempat Bernama Plaza Ngasem Jogja

Tiap akhir pekan Pasar Ngasem berikut plazanya ramai. Banyak orang sepedaan yang singgah buat rehat di situ. Sekalian cari sarapan. Begitu pula orang-orang yang jogging atau PPJ sepertiku. Yang sengaja datang semata-mata untuk sarapan pastinya juga ada (biasanya ini dari kalangan wisatawan).

Akan tetapi, Ahad kemarin sungguh mengejutkanku. Ramainya jauh di atas normal. Melebihi yang selama ini pernah kulihat. Kejutan sekali. Itulah sebabnya aku sempat terhenyak ketika pertama kali memasuki area plaza. Sampai-sampai bertanya pada diri sendiri, "Sudah berapa abad aku tak masuk ke Pasar (Plaza) Ngasem? Kok berubah sangat komersil begini?"

Sejauh mata memandang, penuh wisatawan yang sedang sarapan. Bahkan, panggung juga penuh orang yang sedang makan. Aku dan temanku betulan tak bisa ikutan nyempil duduk. Luar biasa memang. O, ya. Selain pengunjungnya yang bertambah banyak, lapak penjual makanannya juga bertambah banyak. Entah sejak kapan. Rasanya belum lama aku dari situ, lho. Kok bisa-bisanya "kecolongan info". 




Ya sudah. Kami batal rehat di Plaza Ngasem. Mau selonjoran di mana? Memutuskan langsung melanjutkan PPJ. Rehatnya sekalian nanti saja di Titik Nol, yakni spot terakhir yang kami sepakati.

Namun, pastinya kami jajan dulu di Pasar Ngasem. Tidak dimakan di situ, tetapi dibawa pulang. Itu pun antrenya desak-desakan. Tak seperti biasanya.



Mungkin kalian bertanya-tanya. Kalau kulineran ke Pasar (Plaza) Ngasem menunya apa saja? Ada banyak menu, dong. Antara lain apem beras, carabikang, bakpia hangat, jenang gempol, aneka jenang manis, mie lethek, mie pentil, miedes, bubur krecek, nasi jagung, growol, bakmi capjek, pecel bakmi, lontong opor, sega liwet, brongkos koyor, gudeg, mangut lele, lodeh, bobor bayam/kelor, oseng pare, oseng kikil, dan wedang sendhang ayu.

Wow! Sudah banyak sekali, ya? Belum kusebut semua, lho. Hehehe ... Demikianlah adanya. Semoga cerita ini bikin kalian baper dan laper. Kemudian tergerak untuk langsung berkunjung ke Pasar (Plaza) Ngasem Yogyakarta.


Minggu, 18 Mei 2025

Long Weekend di Malioboro

42 komentar



HALO, Sobat Pikiran Positif? Mungkin kalian telah membaca tulisanku sebelumnya (di blog ini juga), perihal Malioboro yang sepi. Dalam tulisan tersebut kurang lebih aku mempertanyakan, "Tumben Malioboro sepi. Ada apa?"

Tatkala itu aku bertanya-tanya sebab kepo. Sabtu siang sampai sore aku nongkrong di Malioboro dan pindah-pindah spot, tetapi sami mawon (bahasa Jawa yang artinya 'sama saja'). Semua sepi. Tidak terasa atmosfer akhir pekannya. 

Semula aku berpikir bahwa penyebabnya krisis ekonomi. Sebab takut dengan pikiran tersebut, akhirnya kuhibur diriku sendiri. Berusaha berpikir positif bahwa para wisatawan bukannya tidak ada. Mereka cuma belum tiba di Malioboro. 

Aku di situ 'kan sampai sore saja. Tidak sampai malam. Mungkin ketika aku pulang dari Malioboro, para wisatawan baru berdatangan. 

Eh, ternyata ada salah satu komentar di blog yang justru membenarkan bahwa saat itu Malioboro memang sepi. Sampai-sampai sang komentator berpikiran bahwa dia dan teman-temannya kepagian datang.
 
Tentu saja saya menjadi masygul. Ada apa dengan Malioboro? Kok tidak mampu mendulang banyak wisatawan? Karena krisis ekonomikah? Sebab tak lagi menarikkah?

Hingga akhirnya seminggu kemudian, datanglah long weekend. Syukurlah suasana long weekend di Malioboro sungguh semarak. Padat pengunjung. Iya, Malioboro kembali ramai.

Terlebih Hamzah Batik pun telah usai masa berkabungnya. Sudah kembali menyelenggarakan pentas kesenian di berandanya. Sebagaimana yang tampak dalam foto di atas. 

Alhasil, makin hiduplah suasana liburan akhir pekan yang panjang di Malioboro. Alhamdulillah tatkala itu cuaca juga mendukung. Hujan yang membadai direhatkan dulu oleh-Nya Swt.

Ngomong-ngomong, kamu bisa menonton versi reel dari foto di atas di @agustinapurwantini , ya. Semoga suka. 


 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template