Senin, 15 Desember 2025

Kampoeng Cyber Tamansari

10 komentar

HALO, Sobat Pikiran Positif? Liburan Natal dan akhir tahun makin dekat, ya? Liburan sekolah juga demikian. Hari-hari ini anak-anak sekolah sedang bersiap menerima rapor 'kan? 

Seperti biasanya, aku pun terlibat dalam hiruk-pikuk suasana liburan. Tepatnya sih, mau tidak mau terlibat. Kiranya itulah konsekuensi logis dari berdomisili di kampung yang merupakan kampung wisata. 

Sudah begitu, dekat pula dengan sejumlah spot wisata lain yang ada di jantung Kota Yogyakarta. Salah satunya Kampoeng Cyber Tamansari. Hmm. Apakah kalian pernah singgah di kampung tersebut?

Kalau belum, berarti kalian kalah dong dari sang pendiri Facebook. Mark Zuckerberg, orang nomor satu di Facebook itu, sudah mendatangi Kampoeng Cyber Tamansari pada tahun 2014. 

Mark tertarik untuk berkunjung sebab warga Kampoeng Cyber Tamansari sudah memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari mereka. Terutama untuk keperluan pengembangan bisnis UMKM. Keren 'kan?

Jangan lupa. Tatkala itu tahun 2014. Medsos belum banyak. Masih Facebook yang berjaya. Pun, masyarakat belum familiar dengan internet. Maka wajarlah kalau Mark sampai bela-belain datang ke Yogyakarta.

Mungkin kalian bertanya-tanya. Kok warga kampung tersebut pintar berinternet? Pintar, dong. 'Kan ada tokoh setempat yang piawai internetan dan bersedia menularkan kepintarannya itu kepada para tetangga. 

Ngomong-ngomong, mari teliti foto-foto yang kusuguhkan di sini. Ingat-ingatlah baik-baik. Siapa tahu kalian dulu pernah melewatinya tanpa sengaja? Tanpa paham kalau sesungguhnya sedang berada di area Kampoeng Cyber Tamansari Kota Yogyakarta.



Di atas adalah mulut gang menuju RT 36 Kampung Taman, yakni Kampoeng Cyber itu. Sementara di bawah adalah papan nama sekaligus petunjuk arah yang tertempel pada tembok salah satu rumah warga.


Di dalam kampung, ada pula papan petunjuk elektrik. Sebagaimana yang tampak pada foto di bawah ini.


Menyusuri jalanan di Kampoeng Cyber Tamansari terasa menyenangkan. Mengapa? Sebab banyak mural. Mari simak beberapa foto berikut ini.

Uniknya, ada tembok rumah yang dicat putih dan cuma ditulisi kalimat pendek dalam bahasa Inggris. Love is beautiful. Hurufnya dibuat dengan cat warna merah menyala. Entahlah. Itu termasuk mural atau tidak.

O, ya. Ada kejadian lucu ketika aku sedang berpose di depan mural yang ada di ujung kampung. Tiba-tiba saja seorang bocil mendekat. Dia minta dipotret di spot yang sama.


Selain mural, rumah-rumah di situ ada pula yang bentuknya unik atau dicat unik. Mari simak foto-foto berikut.

Nah. Menurut kalian bagaimana? Kampoeng Cyber Tamansari Kota Yogyakarta menarik atau tidak? Layak dimasukkan ke dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi atau tidak?


Senin, 08 Desember 2025

Taman Yuwono (Joewana) Yogyakarta

13 komentar


HALO, Sobat Pikiran Positif? Kali ini aku hendak sedikit bercerita tentang sebuah taman kuno. Namanya Taman Joewana. Akan tetapi, ada juga yang menulisnya Taman Yuwono


Taman tersebut berlokasi di Sosromenduran. Bagian barat Kawasan Malioboro. Tepatnya di Jalan Dagen. Jadi kalau kita menyusuri Jalan Dagen dari arah timur, yaitu dari Malioboro, silakan tengok kanan jalan. 

Yup! Taman Joewana berada di sisi utara. Penandanya gerbang yang tampak di foto ini.

Sesungguhnya memang bukan jalan umum. Oleh karena itu, jika ingin masuk ke situ naikkan level percaya dirimu. Langsung saja melangkah masuk. Tak perlu keder dengan sekuriti atau dengan gonggongan anjing yang kadangkala terdengar. 

Bolehlah waspada penuh. Namun, melangkahlah dengan tenang. Jangan berisik. Anjingnya berada di dalam halaman sebuah rumah yang pintu gerbangnya tertutup rapat. Semoga selalu tertutup rapat. Dalam arti, pemilik atau penjaga rumahnya tidak pernah lalai membiarkan si anjing lepas. 

Oke. Mari kembali ngomongin Taman Joewana. Begitu melintasi gerbang beserta gonggongan anjing tadi, fokuskan pandangan ke depan. Pasti akan tampak gapura dalam foto berikut ini.


Foto di atas menunjukkan gapura selatan. Adapun gapura utaranya di bawah ini. 


Jadi, Taman Joewana sebetulnya tidak terlalu luas. Seukuran lapangan tenis saja. Kemudian sisa lahan di sekitarnya ditumbuhi pepohonan plus dimanfaatkan untuk parkir mobil. 

Mobil-mobil siapakah itu? Entahlah. Mungkin milik para tamu yang menginap di penginapan-penginapan yang ada di sekitar Taman Joewana. 

Begitulah adanya. Rumah-rumah yang mengelilingi Taman Joewana kini memang bertransformasi jadi penginapan-penginapan. Lain dengan bangunan hotel kekinian yang bergaya modern. Penginapan di sini justru bernuansa heritage. Perabotan di dalamnya pun demikian. 

Kompleks perumahan yang mengelilingi Taman Joewana merupakan perumahan elite semasa Hindia Belanda. Gaya arsitektur bangunan-bangunan di situ merupakan gaya perpaduan antara Eropa dan Jawa, yang lazim disebut Indis

Yang paling istimewa tentu rumah nomor 19. Dahulu rumah tersebut ditinggali oleh keluarga Abdurahman Baswedan,  salah satu menteri zaman Orde Lama. Beliau adalah kakek dari Bapak Anies Rasyid Baswedan. Jadi tatkala kecil, beliau yang tinggal bersama sang kakek selalu bermain-main di Taman Joewana itu.

Nah. Kapan nih, kalian ke Taman Joewana ini? Supaya tak tersesat atau salah alamat, silakan tonton dulu video singkatnya ini.




Senin, 01 Desember 2025

Haruskah ke Malioboro?

8 komentar

HALO, Sobat Pikiran Positif? Kagetkah karena tiba-tiba Desember? Hmm, padahal rasanya baru sebulan lalu memasuki tahun 2025. Hehe ...

Enggaklah, ya. Kalau Desember hadir, berarti Januari sampai November telah mendahului hadir. Mana bisa loncat bulan?

Nah. Senyampang 2025 belum habis, apakah rencana kalian ke Yogyakarta bakalan segera dilaksanakan? Kalau iya, apakah Malioboro kalian masukkan ke dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi? 

Lalu kalau kalian mewajibkan Malioboro untuk dikunjungi, apa alasannya? Hal apa yang paling menarik dari Malioboro? Yang menyebabkannya terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja? 

Ngomong-ngomong, sekarang emperan toko di sepanjang Malioboro relatif bersih. Tidak ada lagi deretan lapak-lapak yang jualan kaus khas Malioboro, pakaian bercorak batik, dan aneka aksesoris yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan. Lapak-lapak itu telah dipindahkan ke Teras Malioboro.

Nah. Menurut kalian, itu bikin kecewa atau bikin hepi sebab malah menghilangkan ciri khas Malioboro? Yuk, mari berdiskusi di kolom komentar. 



Senin, 24 November 2025

Ngaji Budaya DIY

39 komentar
HALO, Sobat Pikiran Positif? Aku mau sedikit bercerita tentang aktivitas seruku tanggal 15 November 2025 lalu. Aktivitas apakah? Tak lain dan tak bukan tentang kehadiranku dalam Ngaji Budaya DIY, yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI

Acara tersebut digelar dalam rangka menyambut Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada keesokan harinya, yaitu tanggal 16 November. Bertempat di Gedung Multipurpose UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adapun jumlah pesertanya sekitar seribuan orang. Banyak banget 'kan? Itulah sebabnya acara dibikin lesehan supaya ruangannya muat banyak orang.

Aku sempat salah duga. Semula kuduga acaranya berupa talkshow serius. Eh, ternyata malah seperti nonton pertunjukan Kiai Kanjeng dan konser Letto belaka. Hahaha ... Aku kok ya lupa kalau keduanya merupakan bintang tamu spesial. Tentu Mas Sabrang (vokalis Letto) selain melantunkan lagu-lagu indahnya yang bikin hadirin bernostalgia, juga sedikit menyampaikan orasi budaya. Terkhusus tentang harmoni dalam bertoleransi.

Begitulah adanya. Rangkaian acara berjalan lancar dari siang hingga pukul setengah lima petang. Hmm. Sebetulnya tidak perlu sampai sesore itu deh, andai kata mulainya tidak telat. Gila, gila. Molor sekali pembukaan acaranya. Jelang azan Asar baru dimulai, sedangkan undangan bagi kami tertera pukul setengah satu siang. 

O, ya. Tema acaranya "The Wonder of Harmony, Merawat Toleransi dalam Keberagaman Tradisi dan Budaya". Jangan tanyakan siapa narasumber lainnya, ya. Aku lupa. Sudah telanjur fokus banget pada Mas Sabrang dan Letto-nya. Hehehe ...


 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template