SIAPA bilang anomali musim tak berpengaruh pada puisi? Faktanya, puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono sekarang terasa kurang relevan lagi. Dulu metafor hujan bulan Juni bagiku terasa begitu kental dan pahit bak secangkir kopi tanpa gula...(ah, lebay kali yeee...)...sebab dulu memang tak pernah ada hujan di bulan Juni. Namun, sekarang? Apa boleh buat? Beberapa kali hujan singgah di bulan Juni.... Ah, apakah ini berarti hujan bulan Juni sekarang tak lagi pandai merahasiakan rintik rindunya? Begitukah???
#aku-bingung-entah-masih-relevan-ataukah-tidak?
##tapi kata seorang teman kuliah masih terasa mak jlebb kok... (ah, temanku.. kamu memang puitis dan masih tetap puitis sekalipun duniamu kini terkesan jauh dari sesuatu yang puitis-puitis)
#aku-bingung-entah-masih-relevan-ataukah-tidak?
##tapi kata seorang teman kuliah masih terasa mak jlebb kok... (ah, temanku.. kamu memang puitis dan masih tetap puitis sekalipun duniamu kini terkesan jauh dari sesuatu yang puitis-puitis)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!