Patriotisme dalam KITA dan KAMI

HARI ini adalah hari ke-7 di bulan Oktober. Tanggal 28 nanti merupakan peringatan Sumpah Pemuda. Dulu... semasa aku sekolah, Oktober biasanya padat dengan acara yang bernuansa kebahasaan. Yap! Oktober diidentikkan sebagai Bulan Bahasa. Biasanya KMSI (Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia) UGM menyelenggarakan beraneka macam acara untuk memeriahkan Bulan Bahasa tersebut. 

Namun, duniaku sekarang berbeda dengan yang dulu. Jauh dari hiruk-pikuk wacana sastra dan kebahasaan. Maka aku ingin tahu: masihkah Oktober identik dengan Bulan Bahasa? Bila sudah tidak lagi, mungkinkah pemerintah lupa pada sesuatu yang telah dicanangkannya sendiri? Jika memang begitu kenyataannya, wajar saja kalau orang-orang pintar itu sungguh tak tahu bahasa! Pejabat, anggota DPR, selebriti, presenter, mahasiswa, pelajar, anak kecil, dan orang-orang dari berbagai profesi yang lain.... berapa orang dari mereka yang bisa menggunakan kata KITA dan KAMI secara tepat? 

Weleh, weleh, kacau semuanya. Aku curiga, jangan-jangan mereka bahkan tidak tahu beda antara KITA dan KAMI?  Mohon maaf, ini bukanlah sesuatu yang sepele. Ini soal penghargaan kita kepada bahasa Indonesia yang konon kita gembar-gemborkan sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan; ini soal PATRIOTISME! Apakah saya berlebihan? Rasanya tidak. 

Coba Anda bayangkan. Jika tiba-tiba seorang warga negara asing mendatangi Anda dan berkata, "Tolong jelaskan kepada saya, apa beda KITA dan KAMI? Saya masih bingung untuk membedakannya." Nah, apa jawaban Anda apabila Anda sendiri tidak memahaminya? Dengan lugas berkata tidak tahu, hanya nyengir kuda, atau bagaimana? Ah, entahlah. Entah kenapa hari ini aku harus terusik soal bahasa? Mungkin karena aku mencintai tanah airku dengan segala kelengkapannya; mungkin pula karena sekarang banyak orang dari berbagai strata sosial dan ekonomi yang relatif ngawur bahasanya...