Jumat, 05 September 2014

AKU dan ANJING-ANJING (1)

TERNYATA selalu ada cerita tentang aku dan anjing-anjing. Jiaahhh...!!! Padahal, aku tak pernah ngefans sedikit pun dengan binatang yang bernama anjing. Tapi entah mengapa, justru hidupku serasa dipenuhi oleh kisah-kisah yang melibatkan jenis binatang tersebut. Dan konyolnya, aku selalu berada di pihak yang terintimidasi. Hsshh, amat sangat tidak cucok sekali 'kaann...??? Penulis kok kalah dari anjing. Hahaha....

Oke. Aku mulai dari kisah waktu SD, ya. Kukira kisah pertama inilah yang merupakan awal mula perseteruanku dengan anjing. Waktu itu yang menjadi seteru pertamaku adalah anjing kecil warna putih milik Pak Dokter, tetangga depan rumah. 

Seingatku sekitar usia 10 tahun aku baru mulai dekat secara fisik dengan jenis binatang tersebut. Maksudku, sedari orok hingga usia kelas empat SD ya baru dengan anjing Pak Dokter itulah aku berdekatan secara fisik. Sebelumnya hanya melihat dari gambar atau dari kejauhan saja pas lewat di suatu tempat. Lewatnya pun ketika sedang dibonceng motor oleh bapak. Jadi, hanya selintas kilas. Maklumlah. Tetanggaku tak ada yang memelihara anjing. Jadi boleh dibilang sebagai tetangga baru, Pak Dokter telah pula membawa hal baru ke dalam kehidupanku sebagai bocah. Halahhh....

Yup! Hal baru yang berupa sensasi berdekatan dengan anjing. Ah, kenapa kusebut sensasi? Sebab saat pertama kali berhadapan dengan anjing aku sudah dibikin jantungan setengah mati. Rasanya sensasional gitu lhooohhh.... Mulanya kupikir anjing itu kayak ayam. Cuek saja walaupun kita lewat-lewat di dekatnya. Eh, ternyata tidak demikian adanya. Anjing bisa terganggu bilamana kita biyayakan di dekatnya. Terlebih jika kita masih asing baginya.

Begitulah. Mulanya aku santai saja bermain-main sendiri di dekat rumah dinas Pak Dokter. Berteriak, berlari, melompat di udara... (weihh, malah ngiklan suplemen untuk anak). Lalu, muncullah anjing kecil itu. Mulanya tak mengganggu. Ehh, lambat-laun kok aku merasa dikuntit-kuntit terus sambil digonggongi sekali-sekali. Tentu saja aku menjadi panik. Kepanikanku membuncah dan akhirnya kuputuskan untuk melarikan diri dari teroran si anjing kecil.

Eladalah!!! Aku sangat kaget sebab si anjing akhirnya mengejarku tiada henti. Makin kencang aku berlari, makin kencang si anjing mengejar. OMG! Aku sungguh-sungguh hilang akal waktu itu. Aku takut bingiitzzz kalau digigit. Sialnya, tak ada orang yang menolongku. Setelah sekian lama (pakai banget) beradu lari dengan si anjing, akhirnya ada seseorang yang berteriak menyuruhku berhenti lari dan kemudian jongkok mengambil batu, lalu pura-pura mau melempar si anjing dengan batu itu. 

Kuturuti sarannya walaupun dengan rasa kurang percaya. Berhenti berlari dan berjongkok memegang batu? Iya kalau si anjing beneran berhenti mengejar. Kalau kemudian malah nekat menyerangku piye? Demikian pikirku waktu itu. Tapi aku sudah sangat lelah untuk terus berlari. Yo wis, akhirnya pasrah terduduk lemas (gak kuat jongkok) di tanah. Syukurlah si anjing beneran berhenti mengejarku. Entah karena teori penyelamatan yang kulakukan memang benar ataukah karena si anjing pun tak kalah lelahnya dengan aku.

Hehehe.... Itulah kisah perseteruanku yang perdana dengan anjing. Mungkin teori penyelamatanku dulu itu bisa Anda praktikkan? Hahaha... ^-^


Moral story:
Untuk menghindarkan bahaya akibat ketidaktahuan, berikan deskripsi memadai tentang karakter aneka macam binatang peliharaan kepada anak-anak Anda. Terlebih jika di lingkungan sekitar Anda tak ada yang memelihara aneka macam binatang peliharaan tersebut.

>>BERSAMBUNG<<        


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!