DALAM "Aku dan Anjing-Anjing (1)" aku telah berkisah tentang perkenalan sekaligus perseteruan perdanaku dengan para anjing. Nah, apa kiranya yang akan kukisahkan pada "Aku dan Anjing-Anjing (2)" ini? Hehehe... kali ini aku akan berkisah tentang jemariku yang dijilat dan hampir digigit oleh anjing ketika makan gado-gado di warung bersama ibuku. Ehh??? Ibuku atau bapakku, ya? Hadeuhh. Lupa-lupa ingat aku. Pokoknya makan gado-gado di sebuah warung gado-gado di sebuah sudut dari kotaku. Hehehe....
Waktu itu, untuk pertama kalinya aku makan gado-gado langsung di warungnya. Sebelumnya aku 'kan selalu makan gado-gado di rumah. Kalau tidak dikirimi tetangga secara gretongan, ya dibawakan sebagai oleh-oleh dari orang tua yang usai bepergian. Maka aku senang dong manakala bisa makan langsung di warungnya.
Namun sayang bingiitttz, rasa senangku ternoda oleh rasa geram yang mengakar terhadap seekor anjing. Tepatnya seekor anjing yang dengan kurang ajarnya menjilat jari manis tangan kananku. Jiahhh.... tangan kananku bekas memegang kerupuk udang. Ketika kerupuk habis aku makan, tangan aku letakkan di bangku, agak menjuntai begitu. Eh, tak tahunya ada seekor anjing yang melintas di depan warung dan tertarik pada tanganku yang beraroma kerupuk udang.
Haiiyyahhh...!!!! Tentu saja aku langsung panik. Geram sebab itu berarti aku terkena najis berat. Tapi sekaligus bersyukur sebab hanya dijilat, tidak digigit. Aish, aish, aish. Otomatis saat itulah aku untuk pertama kalinya mencuci tangan dengan ritual membersihkan najis berat. Untung aku sudah belajar tentang najis di sekolah. Jadi, sudah paham begitu....
Ya, ya. Paham sih paham. Tapi jujur, itu tetap tak menghilangkan rasa geram di hatiku terhadap binatang yang bernama anjing. Selucu-lucunya anjing, aku tak pernah tertarik untuk mengelus bulunya. Secakep-cakepnya pemilik anjing, aku tak pernah mau mendekatinya. Hehh!
Moral story:
Pentingnya penanaman pemahaman tentang najis dan cara untuk menyucikannya sejak dini.
>>BERSAMBUNG<<
Waktu itu, untuk pertama kalinya aku makan gado-gado langsung di warungnya. Sebelumnya aku 'kan selalu makan gado-gado di rumah. Kalau tidak dikirimi tetangga secara gretongan, ya dibawakan sebagai oleh-oleh dari orang tua yang usai bepergian. Maka aku senang dong manakala bisa makan langsung di warungnya.
Namun sayang bingiitttz, rasa senangku ternoda oleh rasa geram yang mengakar terhadap seekor anjing. Tepatnya seekor anjing yang dengan kurang ajarnya menjilat jari manis tangan kananku. Jiahhh.... tangan kananku bekas memegang kerupuk udang. Ketika kerupuk habis aku makan, tangan aku letakkan di bangku, agak menjuntai begitu. Eh, tak tahunya ada seekor anjing yang melintas di depan warung dan tertarik pada tanganku yang beraroma kerupuk udang.
Haiiyyahhh...!!!! Tentu saja aku langsung panik. Geram sebab itu berarti aku terkena najis berat. Tapi sekaligus bersyukur sebab hanya dijilat, tidak digigit. Aish, aish, aish. Otomatis saat itulah aku untuk pertama kalinya mencuci tangan dengan ritual membersihkan najis berat. Untung aku sudah belajar tentang najis di sekolah. Jadi, sudah paham begitu....
Ya, ya. Paham sih paham. Tapi jujur, itu tetap tak menghilangkan rasa geram di hatiku terhadap binatang yang bernama anjing. Selucu-lucunya anjing, aku tak pernah tertarik untuk mengelus bulunya. Secakep-cakepnya pemilik anjing, aku tak pernah mau mendekatinya. Hehh!
Moral story:
Pentingnya penanaman pemahaman tentang najis dan cara untuk menyucikannya sejak dini.
>>BERSAMBUNG<<
Kalau caranya menghilangkan najis yang terlupakan gimana ya, Mbak? Aku dulu punya anjing. Bukan jenis yang dipeluk-peluk, tapi jenis anjing penjaga yang di luar rumah. But, waktu kecil mereka ada di dalam rumah dan lucu jadi ya sempat dipeluk-peluk. Lupalah aku apa pernah kena najisnya dan apakah dulu sudah kucuci sesuai syariah. Gimana, Mbak ... kira-kira bisa ngasih aku pencerahan, nggak?
BalasHapusduh mbak Indah, aku nanya ustaz/ustazahku dulu yaa
Hapus