pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak kan kurelakan sendiri
pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak kan letih-letihnya kucari
("Pada Suatu Hari Nanti" - SDD)
YEAH, pada suatu hari nanti kita akan mati. Jasad kita akan hancur dikalang tanah. Dimakan cacing. Binasa. Hilang dari muka bumi. Tak dapat dilihat lagi oleh siapa pun. Hanya amal perbuatan kita yang akan dikenang oleh orang-orang yang mengenal kita. Entah amal perbuatan baik ataupun buruk. Namun, makin bertambahnya waktu (tahun) dan generasi, secara alamiah kita pun akan menjadi terlupakan. Wajar.
Lain halnya bila kita mau menulis. Sebagaimana dinyatakan secara indah oleh Sapardi Djoko Damono (SDD) dalam puisi di atas: pada suatu hari nanti/jasadku tak akan ada lagi/tapi dalam bait-bait sajak ini/kau tak kan kurelakan sendiri. Yup! Dengan menulis, sekalipun jasad kita telah melebur bersama tanah, tulisan kita akan setia "menemani" mereka yang masih hidup. Makin inspiratif dan berkualitas tulisan yang kita tinggalkan, niscaya makin banyaklah orang yang merasa "tertemani".
Begitulah kenyataannya. Menulis memang besar sekali manfaatnya. Bahkan, menulis bisa dikatakan
sebagai membangun monumen ingatan. Sementara kita tahu, monumen (secara fisik) memang dibangun sebagai pengingat. Misalnya monumen perjuangan bangsa yang dibangun supaya orang-orang selalu mengingat para pahlawan yang telah berguguran dalam upaya memperjuangkan kedaulatan bangsa.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun
pernah mengatakan, "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Apa artinya? Begini. Untuk dapat menulis --apa pun bentuk tulisannya-- kita mesti banyak belajar dan membaca. Tujuannya untuk memperluas ilmu dan wawasan sehingga tulisan kita berkualitas premium. Sebab kemampuan daya ingat dan pemahaman manusia terbatas, mungkin ada sebagian ilmu yang kurang kita pahami secara utuh. Nah, dengan menuliskannya berarti kita mengikat ilmu yang kurang kita pahami itu sehingga pada akhirnya kita menjadi jauh lebih paham.
Saya sangat setuju dengan nasihat berikut:
"Agar tahu dunia, membacalah. Agar dunia tahu kamu, menulislah!"
ika
kamu ingin tahu dunia maka bacalah, agar dunia tahu kamu maka
menulislah” - See more at:
http://www.tohazakaria.com/the-art-of-reading-mengapa-90-buku-yang-dibeli-tidak-habis-dibaca-cara-mengatasinya/#sthash.LO6Ikzft.dpuf
Jika
kamu ingin tahu dunia maka bacalah, agar dunia tahu kamu maka
menulislah” - See more at:
http://www.tohazakaria.com/the-art-of-reading-mengapa-90-buku-yang-dibeli-tidak-habis-dibaca-cara-mengatasinya/#sthash.LO6Ikzft.dpuf
Suka saya nasehat singkat itu :) semoga banyak yang mulai tertarik dengan membaca dan menulis :)
BalasHapusaamiiin, semoga mas.... Indonesia masih butuh sangat banyak orang yg sukkaa membaca dan kemudian mampu menuliskan pengetahuan-pengalamannya sehingga bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran bagi generasi selanjutnya kelak...tiulisan dlm bidang apa pun ituu
Hapus