Minggu, 15 Maret 2015

Full Time Mother

FULL Time Mother, FTM! Ibu rumah tangga penuh waktu! Hmm.... Kiranya inilah sebuah profesi yang acap kali dipandang sebelah mata di negaraku tercinta (Mungkin juga di banyak negara lain). Dianggap enggak keren, terlebih jika yang menjadi FTM adalah lulusan perguruan tinggi alias sarjana. Padahal, profesi yang satu ini sungguh tak terhingga mulianya. Tak bergaji, sementara tugas yang mesti dilakukan tak henti-henti. Rentan stres. Rentan diremehkan oleh orang-orang yang "memuja" wanita karier, yang bekerja di kantor seharian. Ahh....

Sementara kalau diteliti baik-baik, memilih menjadi FTM berarti siap bekerja keras 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Tanpa jeda, tanpa honor pula. Belum lagi jika sang FTM juga berkarier alias mencari duit dari rumah. Wah, bisa makin bertambah-tambah tuh beban kerja kerasnya. 

Entahlah. Mengapa saya tergelitik untuk menulis tentang FTM? Mungkin karena saya sedang jengkel gegara seorang tetangga nyeletuk (yang ditujukan ke saya), "Sarjana kok enggak kerja? Sayang banget sudah capek-capek kuliah. Sudah bayar mahal pula."

Hehehe. Saya tahu, saya tahu. Mereka yang negative thinking dan nyinyir pada profesi FTM adalah mereka yang tak paham. Sungguh, mereka tak paham bahwa untuk menjadi FTM itu butuh ilmu yang banyak. Mulai dari ilmu ekonomi hingga ilmu mendidik anak. 

Ah, sudahlah. Biarkan saja anjing menggonggong. Yang penting kafilah tetap berlalu. Biarkan saja orang-orang yang tak paham menyepelekan seorang FTM. Yang penting karya nyata seorang FTM jelas-jelas dapat dilihat dalam hidup kesehariannya. Prestasi dan perilaku anaknya seperti apa, caranya bergaul bagaimana, pola pikirnya bagaimana, dan sebagainya.

#hidup-Full-Time-Mother!

      

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!