APA boleh buat? Harus saya akui kalau semua buku di atas mengandung sentuhan tangan saya. Maklum saja. Saya ini 'kan seorang penulis buku populer yang dituntut serba bisa untuk mengeksekusi tema apa pun yang diinginkan penerbit. Eit! Tunggu dulu. Jangan buru-buru berpikiran bahwa pengakuan ini akan berujung pada sebuah sikap jumawa. Bukan. Sama sekali saya tak hendak bersikap jumawa menepuk dada dan bilang kalau saya ini penulis serba bisa.
Siapa bilang kalau saya akan bersombong-sombong ria begitu? Justru sebaliknya saya ingin mengatakan, deretan potret buku di atas menjadi bukti bahwa profesi sebagai penulis buku populer adalah profesi yang memintarkan. Iya, saya merasakannya demikian. Betapa tidak? Bukankah untuk menulis semua itu saya mesti banyak belajar dulu? Kalau kebetulan saya mendapat "titah" untuk menulis tentang hal-hal yang memang menjadi minat saya sih gampang. Saya pasti sudah memiliki banyak referensi dan akan sangat suka untuk menyelesaikan tulisan. Tinggal menambahi sedikit referensi di sana-sini.
Tapi sebaliknya, saya akan setengah mati bila harus menyusun buku dengan tema yang tidak saya sukai. Namanya saja tidak suka. Pastilah saya tak pernah belajar banyak tentangnya atau malah sama sekali tak pernah peduli untuk mempelajarinya. Maka ketika berhadapan dengan "titah penerbit" yang seperti ini, mau tidak mau saya mesti ikhlas seikhlas-ikhlasnya untuk masuk perpustakaan dan membaca buanyaaak referensi tentang hal yang tidak saya sukai. Rasa bosan-bete-enggak nafsu terhadap bacaan yang terhampar di hadapan kita mesti dilumat tanpa ampyuuun.
Cukupkah penderitaan saya berhenti di situ? Belum. 'Kan saya masih harus menyusun tulisan yang dimaui penerbit. Nah, lho! Kebayang toh betapa sengsaranya menulis sesuatu yang tidak kita sukai? Apalagi jumlahnya puluhan lembar, bahkan adakalanya hingga ratusan lembar. Pokoknya rasa bete dan ogah-ogahan wajib dilibas habis!
Anda boleh saja mencela profesi saya sebagai profesi yang enggak keren dan kacangan. Atau, menganggap diri saya sebagai penulis sok pintar; hanya tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal, bukan tahu banyak tentang sedikit hal. Tapi jangan lupa, saya ini 'kan memang penulis buku populer? Bukan penulis buku ilmiah? Hmm. Baiklah. Apa pun komentar Anda, yang jelas saya menangguk keuntungan nonmateri yang banyak dari profesi saya ini: saya jadi tambah pintar!
#inilah-sisi-lain-dari-menulis
#postingan-ini-pun-dibuat-sebagai-curhatan-tatkala-bete-dalam-proses-penyelesaian-sebuah-tulisan
rajin banget menulis yah,, kalo aku sih orang nya pemales apalagi harus menulis panjang lebar. hehe
BalasHapusAlhamdulillah kalau saya dianggap rajin banget nulis...hehehe
HapusHihihii...lagi bete berat ya Mba? Semangat terus utk menulis ya mba... aku nih blm bisa konsisten klo nulis, lebih banyak malesnya hehehe...payah bgt
BalasHapusbgitulah Mb Uniek, daku emang lagi buete tingkat dewa; gak suka sejarah tapi mesti nyusun tulisan full beraroma sejarah.... tapi kata para penulis hebat, "selesaikanlah apa yg tlah Anda mulai tulis"... karena ku ingin jadi penulis hebat, yo kudu melibas bete. Yuk Mbak, sama2 enyahkan males nulisnya... :)
Hapus