SEBENARNYA aku sudah ngotot menyelesaikan/membereskan semua pekerjaan dan urusan sebelum Ramadan. Jadi, begitu memasuki bulan yang penuh berkah itu, aku bisa sepenuhnya menyiapkan diri untuk beribadah. Hmmm, maklum saja. Sebagai insan yang berlumur dosa, aku ingin benar-benar mendapatkan ampunan dan limpahan pahala di bulan mulia tersebut. Namun, apa boleh buat? Manusia berencana, Tuhan jualah yang menentukan.
Rupanya jelang Ramadan aku justru berhadapan dengan banyak hal tak terduga. Yang mau tidak mau menghambat terselesaikannya pekerjaanku. Yang mau tidak mau menguras tenaga dan waktuku. Apa boleh buat? Hal-hal tak terduga yang secara tak terduga pula melibatkan diriku, padahal sesungguhnya semua bukanlah menyangkut urusan pribadiku, pada akhirnya bikin daku kelelahan dan kembali tepar. Yup! Sebenarnya baru sehari aku sembuh dari sakit saat semuanya dimulai (walah, kok mulai dramatis). Maka ketika fisik lemahku sudah harus beraktivitas keras, kembali sakitlah aku.
Walhasil, makin terbengkelai saja pekerjaanku. Pada hari ketiga Ramadan, aku tak tahan lagi. Usai sahur dengan sangat ikhlas aku minum obat. Kemudian obat itu memaksaku untuk ikhlas seharian tidur. Maklumlah, obat tersebut berefek mengantuk. Ah, pada hari ketiga Ramadan aku hanya bangun tatkala hendak shalat belaka. Tapi Alhamdulillah hari ini bisa mulai beraktivitas lumayan normal. Buktinya bisa ngeblog... :D
Alhamdulillah pada titik tertentu aku disadarkan oleh-Nya, bahwa sakitku itu adalah berkah terselubung. Coba aku enggak dikaruniai sakit. Pasti aku tak peduli mata dan otak lelahku. Pasti aku akan kerjaaa melulu tanpa peduli hak tubuhku untuk rehat. Alhamdulillah pula, aku diberi-Nya keikhlasan untuk menerima takdir tertundanya pekerjaanku dengan ikhlas; tanpa amarah dan keluh kesah.
Aih, lihatlah. Hanya dengan menganggapnya sebagai berkah terselubung, aku menjadi mampu merasakan bahwa sakit itu pun sebuah rahmat dari-Nya. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.
Walhasil, makin terbengkelai saja pekerjaanku. Pada hari ketiga Ramadan, aku tak tahan lagi. Usai sahur dengan sangat ikhlas aku minum obat. Kemudian obat itu memaksaku untuk ikhlas seharian tidur. Maklumlah, obat tersebut berefek mengantuk. Ah, pada hari ketiga Ramadan aku hanya bangun tatkala hendak shalat belaka. Tapi Alhamdulillah hari ini bisa mulai beraktivitas lumayan normal. Buktinya bisa ngeblog... :D
Alhamdulillah pada titik tertentu aku disadarkan oleh-Nya, bahwa sakitku itu adalah berkah terselubung. Coba aku enggak dikaruniai sakit. Pasti aku tak peduli mata dan otak lelahku. Pasti aku akan kerjaaa melulu tanpa peduli hak tubuhku untuk rehat. Alhamdulillah pula, aku diberi-Nya keikhlasan untuk menerima takdir tertundanya pekerjaanku dengan ikhlas; tanpa amarah dan keluh kesah.
Aih, lihatlah. Hanya dengan menganggapnya sebagai berkah terselubung, aku menjadi mampu merasakan bahwa sakit itu pun sebuah rahmat dari-Nya. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!