Senin, 15 Juni 2015

YANG BERBEDA, YANG BERTETANGGA

POSTINGANKU ini masih ada kaitannya dengan postingan sebelumnya (silakan klik di sini http://agustinasoebachman.blogspot.com/2015/06/bertemu-pangeran.html).  Di postingan itu aku bercerita tentang kemeriahan peresmian sebuah galeri seni rupa dekat rumah. Enggak dekat-dekat amat sih. Dekat tapi lumayan bersekat lah.... Dan, sekatnya kurang lebih 7 menit jalan kaki dengan kecepatan normal.

Sebuah peresmian galeri seni rupa adalah hal yang biasa. Apalagi lokasinya di Yogyakarta, yang disebut-sebut sebagai kota seni dan budaya. Walaupun tak paham seni rupa, setidaknya penduduk kampungku tak merasa asing lagi dengan sesuatu yang bernama "galeri seni rupa". 'Kan di sebelah selatan kampungku ada sebuah kampung yang beken di dunia. Yup, Nitiprayan! Jikalau Anda belum ngeh tentang Nitiprayan, coba saja googling. Pasti deh dijamin terpukau oleh potensi kampung seniman itu.

Mari kembali ke soal peresmian galeri seni rupa. Nah, galeri baru yang diresmikan oleh GBPH Yudhaningrat itu menurutku punya lokasi yang "istimewa", yakni tepat di sisi sebelah kanan Indomaret. Sebagaimana kita mafhum, Indomaret adalah jaringan toko waralaba yang boleh disebut sebagai simbol dari modernisme dan budaya konsumtif. Semua orang punya kepentingan dengan tempat-tempat yang serupa dengan Indomaret.

Sementara di sisi lain, galeri seni rupa adalah sebuah tempat yang cenderung eksklusif. Bukan sebab galeri seni rupa sengaja membikin dirinya eksklusif, melainkan karena tak banyak orang yang mampu menikmati seni dengan sepenuh hati. Jadi, saya yakin 1.000 % bahwa para pengunjung Indomaret pasti akan banyak yang abai dengan keberadaan galeri seni rupa itu. Hmmm. Kiranya inilah terjemahan dari "dekat tapi bersekat" jilid 2 (jilid 1 silakan lihat alinea pertama di atas).

Apa boleh buat? Makna dan manfaat galeri seni tersebut nyata terkaburkan oleh gebyar budaya konsumtif di sebelahnya. Setidaknya hingga hari ini kondisinya masih demikian. Semoga saja di kemudian hari, si pengelola galeri itu bisa membuat tiap pengunjung Indomaret menoleh dua kali pada galerinya. Menoleh dua kali dan selanjutnya berkeinginan untuk mampir. Dan, mampirnya adalah untuk kepo yang sekepo-keponya. Bukan sekadar mampir dan keluar dengan pikiran rumit tak paham. Hmmm, semoga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!