Selasa, 25 Agustus 2015

PAGAR TERKOKOH

rukun dengan teman =
 rukun dengan tetangga = 
membangun pagar yang kokoh

PAGAR terkokoh bagi rumah kita adalah semangkuk kolak. Bisa pula semangkuk bubur sumsum, sepiring pisang goreng hangat, seikat rambutan manis segar, seplastik camilan renyah, sebotol sirup kawista langka, atau seloyang kecil klappetaart yummy. So simple! Begitu mudah dan murah. No ribet, no ruwet mikirin desainnya. 

Bahkan, kekokohan pagar dari semangkuk kolak itu bisa bermakna dunia-akhirat. Tentu saja sejauh kita membangun pagarnya secara ikhlas tuntas. Lho, kok bisa? Bisa saja. Begini lho, penjelasan dan alurnya.

Semangkuk kolak dan lain-lain variannya tersebut kita berikan ke tetangga. Katakanlah pemberian itu sebagai tanda cinta, perhatian, dan ungkapan terima kasih. Manakala kita menyerahkannya dengan senyuman manis dan hati ikhlas, niscaya tetangga kita akan merasa senang, Bila tetangga senang dengan kita, maka silaturahmi kita dengan tetangga pun terjaga. Inilah cikal bakal tetangga mencintai kita. 

Hingga pada akhirnya, bila cinta itu sudah berurat akar (halahhh...), sang tetangga akan siap melindungi dan membersamai kita. Di sinilah kiranya berkah bertetangga itu mengada, merealita, menjadi sesuatu yang sublim.... (halahhh, iki opo sih artine???). Hihihi....

Sudahlah. Pokoknya begini. Ketika tetangga mencintai kita, itulah berkah bagi kita. Tak perlu kita bangun pagar besi yang dilapisi aliran listrik sehingga calon maling bisa kesetrum. Tak perlu kita buang uang untuk beli soang demi keamanan rumah kita. Tak perlu pula kita keder sebab tak mampu beli anjing herder.

Sebab para tetangga mencintai kita, merekalah yang akan menjadi pagar kokoh pengaman rumah kita. Ke mana pun dan kapan pun kita pergi, kita bisa titip rumah pada tetangga. Mereka tentu bersedia dengan ikhlas sebab mencintai kita. Jangan lupa, cinta itu senantiasa dibarengi rasa ikhlas 'kan?

Lain halnya bila kita pelit. Tak mau berbagi kepada tetangga walaupun sekadar seulas senyum. Bisa-bisa saat rumah kita tinggal sebentar saja, maling pun sudah dipersilakan singgah ke rumah kita. Hihihi....

Baca juga:
http://agustinasoebachman.blogspot.co.id/2015/08/tetangga-yang-baik-dan-benar.html
http://agustinasoebachman.blogspot.co.id/2015/09/tetangga-adalah-berkah.html



2 komentar:

  1. Setujuu, ibu. Makasih ya, jadi berasa disentil. Sudah lama nggak ngasih-ngasih hantaran ke tetangga, nih.

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!