Rabu, 23 September 2015

ARTI TELEVISI BAGI SAYA


HAYOOO....! Jaga pandangan Anda. Jangan terprovokasi untuk menatap lekat-lekat foto di atas. Enggak apa-apa, sih. Saya hanya takut Anda sekalian jatuh suka plus jatuh cinta pada kedua tokoh yang tampak dalam foto. Ahai... hihihi....

Apalagi tema postingan saya kali ini bukanlah tentang kedua (mantan) gadis dalam foto itu. Yeah, sesuai dengan judulnya, fokuskan saja tatapan mata Anda pada pesawat televisi yang terletak di belakang mereka. Modelnya zadul 'kan? Dalam kondisi tak menyala pula. Berarti dapat disimpulkan bahwa si empunya televisi tak punya duit lebih untuk meng-up grade model televisinya. Hehehe....

Iya, sih. Saya memang tak punya uang berlebih untuk ganti-ganti model TV. Kalaupun punya, malas juga untuk membeli TV baru. Mengapa? Sebab di rumah saya kehadirannya tak penting. Sejujurnya, saya dan anak saya kerap kali menjadi bete bila kebanyakan nonton TV. Menurut penilaian kami, acara semua stasiun TV kok senada-serupa. Berita-berita yang disampaikan, gosip-gosip yang ditebarkan; mirip-mirip semua. Jadinya membosankan, toh? 

Lagi pula, kami sungguh tak betah berlama-lama duduk manis ataupun berbaring cantik mantengin televisi. Sekalipun berniat banget nonton TV, saya dan anak saya selalu nonton sambil melakukan hal-hal lain. Misalnya sambil membaca, menggambar, main bola bekel, main monopoli, bersih-bersih rumah, ataupun sekadar bersih-bersih cemilan.

Terus terang saja, saya merasa butuh televisi hanya ketika berlangsung FIFA World Cup dan EURO Cup. Nah, kalau mantengin siaran langsung sepak bola saya betah duduk manis. Apalagi kalau yang sedang bertanding Timnas Jerman. Hehehe.... #colek Tini Klose

Begitulah arti televisi bagi saya. Tak penting-penting amat. Tapi mendadak jadi sangat berarti manakala musim Piala Dunia dan Piala Eropa. Hahaha....

Maka saya setuju sekali saat seorang teman dengan berapi-api bilang, "Matikan TV dan kerja, kerja, kerja. Lebih bagus lagi karya, karya, karya. TV tak bagus untuk anak muda*. Imajinasi itu muncul dari buku, bukan dari TV. Kalau mau punya gagasan-gagasan besar, jangan banyak nonton TV, tapi banyak baca buku. Matikan TV sebab akan menumpulkan gagasan-gagasan besar. TITIK!"

Teman saya itu memang suka dahsyat kalau bicara. Demikian pula kalau melakukan apa pun. Jadi, ia tak sekadar bicara dooong. Nah. Bagaimana dengan Anda? 

Oh, iya. Kapan ya, ada stasiun TV yang bisa mendorong orang/generasi muda untuk bangkit semangat kerja/berkaryanya? Masak sih harus menunggu saya menjadi miliarder terlebih dulu?

*walaupun saya bukan anak muda melainkan ibu muda (jiaaahhh hahaha...), saya setuju banget dengan kalimat ini

  



2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!