FOTO di atas memperlihatkan kegiatan senam dasa wismaku. Waktu pelaksanaannya Ahad pagi. Bertempat di jalanan kampung yang Alhamdulillah sudah berkonblok. Tepatnya di jalanan seputar cakruk alias gardu pos ronda.
Yeah, sesungguhnyalah lokasi tersebut acap kali menjadi pusat kegiatan warga. Bisa menjadi tempat senam, tempat pembagian doorprize tatkala ada acara jalan santai, tempat warga nongkrong beli bakso, panggung tirakatan Agustusan, dan sebagainya. Dengan catatan, tidak ada Tulus di situ. Kalaupun ada, ya sebisa mungkin diusir. #Aih, jahat ya....
Siapakah Tulus? Tulus adalah orang gila yang biasa nongkrong di cakruk itu. Entahlah. Entah dia memang gila atau "sekadar" gila sesuai anggapan kami pada umumnya. #Duh, kami yang konon waras ini kok jahat ya?
Entahlah siapa yang sebenarnya gila. Tulus ataukah kami yang suka mengusirnya? Namun yang jelas, sejauh ini kami merasa yakin bahwa kamilah yang waras. Ya ampyuuun! #Kiranya inilah sebentuk intimidasi orang-orang yang (konon) waras terhadap orang (yang dianggap) gila!
Namun bagaimana pun, kami ini toh membutuhkan Tulus. Yakni membutuhkannya untuk bantu-bantu menghabiskan makanan. Hahaha.... Ini serius, lho. Tulus 'kan hidup dari belas kasihan kami. Kalau ada hajatan apa pun, di antara kami selalu ada yang ingat Tulus. Maksudnya ingat untuk berbagi makanan-minuman.
Bahkan, ada seorang tetangga yang demikian perhatian. Tetangga itu jualan di wilayah Kraton Jogja. Bila di situ ada acara apa pun yang pakai makan-makan, beliau bela-belain mengumpulkan makanan sisa (yang masih layak konsumsi manusia tentunya) untuk Tulus tersayang. Mulia sekali toh hati beliau? Mohon doa untuk beliau, ya.
Akan tetapi, kini semua tinggal cerita. Tak terasa telah hampir enam bulan Tulus raib. Entah ke mana dia pergi. Cakruk itu kini memang selalu bersih sebab Tulus tak pernah mengotorinya. Tapi terasa ada yang kurang, tuh. Hehehe.... Pagiku juga menjadi tak terganggu. Biasanya begitu pintu dapur terbuka, dia langsung mendekat. Tujuannya untuk minta sarapan. Belum akan balik ke cakruk bila aku belum memberinya sesuatu atau tegas bilang, "Lagi gak punya makanan, Lus."
Apa boleh buat? Tulus sang penunggu cakruk mungkin tak akan pernah kembali. Kiranya takdir telah memperjalankannya. Menurutku, ada berbagai kemungkinan. Tulus sudah meninggal sebab sakit atau kecelakaan; Tulus terkena garukan dinas sosial; Tulus masih berkeliaran di suatu tempat yang jauh, dia tersesat sebab tak tak tahu arah jalan pulang.... #hmmm, ini kok kedengaran mirip lirik lagu pop?
Nah, jika suatu ketika Anda menemukan orang gila yang tampak galau, mungkin dia Tulus. Wajahnya mirip Syekh Puji, lho. Tapi tampak lebih complicated. 'Ntar kasih tahu saya, ya!
Yeah, sesungguhnyalah lokasi tersebut acap kali menjadi pusat kegiatan warga. Bisa menjadi tempat senam, tempat pembagian doorprize tatkala ada acara jalan santai, tempat warga nongkrong beli bakso, panggung tirakatan Agustusan, dan sebagainya. Dengan catatan, tidak ada Tulus di situ. Kalaupun ada, ya sebisa mungkin diusir. #Aih, jahat ya....
Siapakah Tulus? Tulus adalah orang gila yang biasa nongkrong di cakruk itu. Entahlah. Entah dia memang gila atau "sekadar" gila sesuai anggapan kami pada umumnya. #Duh, kami yang konon waras ini kok jahat ya?
Entahlah siapa yang sebenarnya gila. Tulus ataukah kami yang suka mengusirnya? Namun yang jelas, sejauh ini kami merasa yakin bahwa kamilah yang waras. Ya ampyuuun! #Kiranya inilah sebentuk intimidasi orang-orang yang (konon) waras terhadap orang (yang dianggap) gila!
Namun bagaimana pun, kami ini toh membutuhkan Tulus. Yakni membutuhkannya untuk bantu-bantu menghabiskan makanan. Hahaha.... Ini serius, lho. Tulus 'kan hidup dari belas kasihan kami. Kalau ada hajatan apa pun, di antara kami selalu ada yang ingat Tulus. Maksudnya ingat untuk berbagi makanan-minuman.
Bahkan, ada seorang tetangga yang demikian perhatian. Tetangga itu jualan di wilayah Kraton Jogja. Bila di situ ada acara apa pun yang pakai makan-makan, beliau bela-belain mengumpulkan makanan sisa (yang masih layak konsumsi manusia tentunya) untuk Tulus tersayang. Mulia sekali toh hati beliau? Mohon doa untuk beliau, ya.
Akan tetapi, kini semua tinggal cerita. Tak terasa telah hampir enam bulan Tulus raib. Entah ke mana dia pergi. Cakruk itu kini memang selalu bersih sebab Tulus tak pernah mengotorinya. Tapi terasa ada yang kurang, tuh. Hehehe.... Pagiku juga menjadi tak terganggu. Biasanya begitu pintu dapur terbuka, dia langsung mendekat. Tujuannya untuk minta sarapan. Belum akan balik ke cakruk bila aku belum memberinya sesuatu atau tegas bilang, "Lagi gak punya makanan, Lus."
Apa boleh buat? Tulus sang penunggu cakruk mungkin tak akan pernah kembali. Kiranya takdir telah memperjalankannya. Menurutku, ada berbagai kemungkinan. Tulus sudah meninggal sebab sakit atau kecelakaan; Tulus terkena garukan dinas sosial; Tulus masih berkeliaran di suatu tempat yang jauh, dia tersesat sebab tak tak tahu arah jalan pulang.... #hmmm, ini kok kedengaran mirip lirik lagu pop?
Nah, jika suatu ketika Anda menemukan orang gila yang tampak galau, mungkin dia Tulus. Wajahnya mirip Syekh Puji, lho. Tapi tampak lebih complicated. 'Ntar kasih tahu saya, ya!
Nasib Tulus, orang hanya bertanya-tanya kemana dia, tapi tak ada yang sampai pada tindakan nyata melaporkan kehilangannya ke kantor polisi. Semoga Tulus baik-baik saja.
BalasHapusAmiin
Hapussemoga Tulus baik-baik saja
BalasHapusiya Mbak Keke, semoga begitu :D
Hapus