TAK kusangka! Aku yang tenar sebagai sosok
antikompor justru bagi-bagi kreasi masakan ke tetangga, tepat di hari ultahku,
16 Agustus lalu. Kurasa, inilah salah satu momen paling spektakuler dalam
hidupku. Aku sampai takjub pada diriku sendiri. Apalagi para tetangga yang kuberi
kehormatan untuk mencicipi olah kreasi dapurku. Hehehe….
Jujur, semua bermula dari ketidaksengajaan.
Siang-siang aku keluar rumah untuk mengangkat jemuran. Eh, ketemu tetangga
belakang rumah yang sedang berdiri dengan muka galau. “Siang bolong kok
bengong? Barusan kalah togel?” Sapaku jail. Dia nyengir tanpa kuda, eh, tanpa
kata. Tapi saat aku beranjak masuk rumah, ia menawariku lele hasil
pancingannya. “Beli lele mentah? Ah, kalau sudah dimasak sih aku mau.”
“Aku sembelihkan, aku bersihkan, kamu tinggal masak.”
Ia gigih memberiku penawaran, lalu melanjutkan dengan nada memelas. “Dari tadi
yang mau beli mundur semua. Merasa mahal. Padahal biasanya, hasil memancingku
laris manis.”
O la la! Pantas saja. Aku akhirnya mafhum mengapa para calon
pembeli mundur. Lele tangkapannya sih cuma 3 ekor. Tapi bobot per ekornya
sekitar 7 kg. Sementara rerata orang mau beli sekitar 2-3 kg saja.
Takdir Tuhan pun berjalan. Dengan mempertimbangkan
isi dompet plus mengingat jasa-jasanya kepadaku selama ini (si penjual lele
adalah sosok yang senantiasa memasangkan gallon air mineral ke dispenserku),
aku setuju untuk membeli seekor dengan persyaratan ketat: si lele mesti bersih
dari duri dan darah plus sudah diiris tipis-tipis saat diserahkan kepadaku.
Jadi, aku tinggal membumbui dan mengolahnya saja.
O, iya. Pada detik yang sama ketika bilang
setuju untuk membeli, aku pun terinspirasi untuk membagikan olahan leleku ke
beberapa tetangga spesial. Hehehe…. Kusebut spesial sebab mereka kerap kali
mengirimiku makanan dan mengurusi anakku tatkala aku harus pergi untuk suatu
urusan.
Sembari menunggu lele diberesi, aku peras otak cari
ide. Hendak dimasak apa daging lele sebanyak itu? Sebagai sosok antikompor
alias jaraaang masak, senarai resep di otakku amatlah terbatas. Jujur, waktu
itu aku agak tertekan. Tubuhku yang masih sedikit meriang akibat biduran pun
terasa kian meriang. E e e, malah ada tukang bakso keliling lewat.
“Wah!
Mestinya enak makan bakso pedas panas pas meriang gini. Tapi sudah beli lele
mentah,” celetukku spontan. Yang sedang mengeksekusi lele pun terbahak-bahak
mendengarnya.
Tapi lagi-lagi takdir Tuhan berlaku. Celetukan
kesalku justru membuatku teringat pada sebuah resep. Yup! Bakso lele kuah tomyam!
Sebenarnya sih aku hanya ingat 30%. Tapi aku tak punya ide lain. Jadi,
kutekadkan saja untuk mempraktikkan resep tersebut. Untung pula di rumah ada
tepung tapioka yang lazim untuk campuran bikin bola-bola bakso. Ada pula
beberapa bumbu yang kupikir cocok untuk membuat bakso lele kuah tomyam.
Walhasil, entah tepat atau tidak cara dan komposisi bumbu yang kubuat, faktanya
bakso leleku berpenampilan meyakinkan. Tentang kuahnya, entah rasa tomyam atau
tidak? Entahlah. Aku sendiri pun kurang paham rasa tomyam yang sebenarnya.
Namun yang jelas, rasa masakanku tidak aneh. Lumrah, sebagaimana masakan
orang-orang pada umumnya. Inilah yang membuatku lumayan pede untuk
membagikannya ke tetangga spesial. Meskipun toh saat mengantarkannya, aku
deg-degan banget. Takut rasanya tidak berkenan bagi si penerima.
Alhamdulillah, semua yang kuberi kehormatan untuk
mencicipinya memberiku pujian. Pujiannya sih bukan terfokus pada rasa,
melainkan lebih pada sisi kreativitasnya. “Ternyata pintar masak gitu, lho. Kok
bisa-bisanya punya ide untuk bikin bakso dari lele. Kreatif banget. Lumayan
enak, kok. Seger.”
Aku cengar-cengir saja dipuji begitu. Dalam hatiku aku
berbisik, “Tuhan, jangan biarkan mereka tahu bahwa resep bakso lele kuah tomyam
kudapat dari internet.
Gawat kalau sampai ada yang tahu. Sebab itu berarti akan ketahuan bahwa kreasi
masakanku hanyalah hasil contekan. Hehehe….
*Tulisan ini dahulunya kuikutsertakan dalam lomba menulis yang diselenggarakan oleh Tabloid Sajian Sedap. Tapi kalah.... :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!