Di atas adalah penampakan buku Kembali Menjadi Manusia
Ternyata bersama dengan bukunya, sang penulis mengirimkan pula sepucuk surat cinta
Inilah surat cinta terberat yang pernah saya terima!
JUDUL postingan saya kali ini mencontek judul buku di atas. Sebuah judul yang seru, bukan? Kukira kok ya seseru penulisnya. Siapa sih, penulisnya? Yup, yup! Betul banget. Penulisnya adalah Doni Febriando yang mahasiswa UGM itu. Yang lumayan masih imut, jauh lebih imut daripada saya. Padahal, saya toh masih tergolong imut juga... #Gubrakkss!!!
Tapi imutnya Doni imut plus, lho. Status fesbuknya sih kadang kala melow melow Bandung, masih kental aroma romansa cintanya (qiqiqi....). Namun, jangan salah. Isi otaknya tak cemen dan tak melulu tentang cinta monyet (qiqiqi...plisss maapkeun daku, Doni.... kapan lagi bisa jailin kamu kalau tidak sekarang? hahaha...).
Percayalah. Kemudaan Doni tak lantas membuatnya abai pada situasi masyarakat dan bangsanya. Pola pikirnya tak praktis hedonis sebagaimana kebanyakan pemuda seusianya, di masa kini. Doni tampil beda, bro-bri. Dia justru sudah mampu berpikiran serius sebagaimana laiknya pemuda seusia saya (???). #Wah, kok jadi rancu begini? Saya sedang mengulas bukunya atau penulisnya?
Oke. Mari balik ke Kembali Menjadi Manusia. Apa sih isinya? Yeah! Sesuai dengan judulnya, buku tersebut terutama mengajak kita manusia Indonesia, tepatnya manusia Indonesia yang beragama Islam, untuk berpikiran dan berwawasan luas.Untuk kembali mengedepankan sisi kemanusiaan kita. Bahwa mestinya kaum Muslimin Indonesia itu saling peduli dan saling mengasihi. Tak hanya kepada sesama Muslim, tapi juga kepada sesama manusia meskipun berbeda keyakinan. Dasar hukumnya jelas, yakni statemen bahwa Islam itu rahmatan lil 'alamiin. Rahmat bagi seluruh alam. Bukan melulu rahmat bagi kaum Muslim.
Secara global, percikan-percikan pemikiran dalam buku ini mengajak umat Islam Indonesia supaya mau dan mampu ber-Islam secara utuh. Untuk lebih bersikap bijak dan proporsional. Di samping itu, untuk meluruskan sikap kaum Muslimin Indonesia afar tak sekadar religius namun salah fokus.
Apa boleh buat? Islam adalah agama mayoritas di Indonesia. Adapun sebagai negara, Indonesia tergolong sebagai negara yang penuh masalah. Sementara dalam logika sederhananya, sebuah negara bermasalah sebab golongan mayoritasnya bermasalah. Nah, lho! Benar banget atuh yang dibilang Doni. #Terbukti ;kan kalau isi otaknya sesuatu bingiitz (dan lagi-lagi sungguh rancu, saya sebetulnya sedang promo buku atau promo penulisnya???
Buku ini ibarat puisi. Iya, bagi saya begitu. Berfungsi untuk menepuk bahu, mencoba mengingatkan. Ya, ya. Mas Doni (lho, kok mendadak pakai sapaan "Mas"...hehe...) sedang berusaha mengingatkan kaum Muslim Indonesia di mana pun berada, untuk kembali menjadi manusia. Nah, Anda mau atau tidak?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!