WAH! Ini merupakan postinganku yang ketiga terkait Harkannas 2015. Hobi banget, ya? Hehehe.... Iya juga sih, ya? Saya tampak amat antusias berbicara tentang ikan.
Maklum saja. Saya 'kan keturunan ikan duyung yang cantik seksi itu. Yee, mulai ngaco. Oke. Balik ke serius, deh. Saya ulangi, ya. Maklum saja. Saya 'kan penggemar ikan. Ala gemar karena biasa; sebab saya lahir dan bertumbuh di wilayah yang tak jauh-jauh amat dari laut. Adanya dan murahnya berlauk ikan, ya mau gimana lagi? Lama-lama jadi terbiasa dan gemar.
Walaupun ikan-ikan yang sering saya konsumsi adalah ikan-ikan murah, lebih rendah kastanya daripada ikan salmon, tetap saja namanya ikan toh? Tetap saja saya layak disebut sebagai penggemar ikan. Hihihi.... Dan jangan lupa, nutrisi ikan-ikan murah yang saya konsumsi itu sama sekali tidak murahan.
Orang kaya silakan saja mengonsumsi ikan-ikan yang berharga mahal. Punya uang untuk membelinya toh? Adapun orang kurang kaya alias pas-pasan, terima nasib saja. Hihihi.... Maksudnya kondisional saja gitu, lho. Konsumsi saja ikan-ikan berharga terjangkau. Daripada tidak pernah makan ikan salmon sama sekali, lebih baik sering mengonsumsi ikan-ikan yang kastanya lebih rendah daripada salmon. Trust me! Totally trust me. Saya 'kan praktisiii.... :D
Walaupun ikan-ikan yang sering saya konsumsi adalah ikan-ikan murah, lebih rendah kastanya daripada ikan salmon, tetap saja namanya ikan toh? Tetap saja saya layak disebut sebagai penggemar ikan. Hihihi.... Dan jangan lupa, nutrisi ikan-ikan murah yang saya konsumsi itu sama sekali tidak murahan.
Orang kaya silakan saja mengonsumsi ikan-ikan yang berharga mahal. Punya uang untuk membelinya toh? Adapun orang kurang kaya alias pas-pasan, terima nasib saja. Hihihi.... Maksudnya kondisional saja gitu, lho. Konsumsi saja ikan-ikan berharga terjangkau. Daripada tidak pernah makan ikan salmon sama sekali, lebih baik sering mengonsumsi ikan-ikan yang kastanya lebih rendah daripada salmon. Trust me! Totally trust me. Saya 'kan praktisiii.... :D
Pokoknya tenang saja. Jangan terprovokasi "statemen" bahwa harga ikan mahal. Bukankah sudah saya bilang, "Carilah kasta ikan yang harganya terjangkau kantong Anda masing-masing!".
Maka saya setuju sekali dengan permintaan Menteri Susi. Itu lho, permintaan beliau untuk mengganti peyek kacang dengan peyek ikan. Hati-hati. Jangan berpikir sempit. Perwujudan dan makna ikan itu toh amat luas. Bisa berupa ikan teri, cethul, layur, dan sejenisnya. Lagi pula, yang namanya rempeyek alias peyek itu 'kan tidak saling berhimpitan posisi ikannya. Bisa dijarang-jarangkan letak irisan ikannya. Jadi lebih hemat 'kan? Hihihi....
Namun, saya juga punya cara murah yang lainnya. Tak sekadar menuruti ide Menteri Susi. Pokoknya kita bisa tetap sering makan ikan, tapi dengan biaya yang jauh lebih murah dan praktis. Cara apa, sih? Yeah, dengan cara mengonsumsi abon brambang made in Bunda Sulis dan samtun alias sambal tuna made in Mbak Nurul Al Amin.
Abon brambang? Iya. 'Kan salah satu komponen abon brambang adalah ikan teri. Adapun sambal tuna, jelas-jelas pakai ikan tuna (tanpa susila lho, ya). Hihihi.... Nah, lho. Langsung borong saja abon brambang dan sambal tunanya.
Suhu.....terima kasih pakai banget uda ditampilkan poto cantikku he he he....tdk ijinpun tetap terima kasih. Kepala rasanya makin membesar nih bukan hanya badan yg membesar karena tersanjung...ya ..ku tersanjung karenamu
BalasHapusSiap2 nih nyatet royaltinya buat dirimum. Salam sukses buat dirimu yaa...
Bunda Suliss...hahaha...samasamaa...
Hapussaya juga penggemar ikan. sekarang ada yang murah meriah, ikan wader goreng. mantap dan maknyus
BalasHapusIya mbak Ima....aku sering liat toko depan rumahku jualan ituu
Hapusmantap banget dah ikannya, maknyuss
BalasHapusheheh...ikan memang selalu mantap
Hapus