HARI ini aku kembali ingin bicara (atau menulis?) tentang batik. Hmm. Anda tahu 'kan bahwa batik merupakan warisan budaya yang mestinya kita lestarikan bersama? Iya, bersama. Kita bersama, seluruh elemen masyarakat Indonesia. Bukan hanya oleh para pengusaha batik. Terlebih tanggal 2 Oktober sudah dicanangkan sebagai Hari Batik Nasional. #Duuuh, serius nian ODOP-ku hari ini?
Maka menurutku, mencintai batik adalah sesuatu yang mutlak. Ya. Mestinya begitu. Tidak. Aku sama sekali tidak memaksa Anda sekalian untuk memborong kain batik, lho. Apalagi aku toh bukan penjual kain batik atau penjual produk apa pun dari batik. #Tapi dalam hatiku memang ada niatan untuk berbisnis batik hihihi....
Kalau kubilang mencintai batik adalah sesuatu yang mutlak, berarti aku mengajak Anda sekalian untuk mencintai batik 'kan? Berarti aku sudah terlebih dulu mencintai batik sebelum ngajak-ngajakin Anda. Pasti, dong. Buktinya, di blog ini aku sudah beberapa kali menulis tentang batik. Buktinya, aku punya beberapa pakaian berbahan dasar batik. Buktinya, aku mau repot-repot belajar membuat batik.
Dari belajar membatik, akhirnya aku paham mengapa harga selembar kain batik cenderung mahal. Makin banyak warna, makin mahal harganya. Makin rumit tekniknya, makin mahal harganya. Misalnya selembar kain batik ikat celup, tentu harganya jauh lebih murah daripada selembar kain batik tulis; apalagi kalau batik tulisnya adalah batik kain sutera. Sudah pasti ada harga ada rupa lah yaaauw.
Nah, dari kursus singkat membatik yang kuikuti, aku kini tahu beberapa teknik membatik lhooo. Di antaranya teknik ikat celup (atau biasa disebut juga teknik jumputan), teknik ciprat, dan teknik lukis/tulis. Kebetulan aku pernah mempraktikkan semua teknik tersebut. Yang paling tidak aku kuasai adalah teknik lukis/tulis. Sementara yang paling aku kuasai dan sukai adalah teknik ciprat.
Teknik ikat celup itu mudah dan tidak berbahaya, tapi butuh kesabaran dan ketekunan dalam pengerjaannya. Kita tinggal bikin titik-titik pola pada lembaran kain putih polos. Kemudian kain pada titik-titik itu kita jumput dan ikat kuat-kuat. Setelahnya diwarnai, dikeringkan, selesai. Hasilnya disebut kain batik jumputan atau kain batik ikat celup.
Teknik ciprat sangat mudah dan cepat pengerjaannya, tapi kalau kita teledor bisa lumayan berbahaya. Hei, mengapa begitu? Teknik ciprat itu 'kan memakai parafin yang dicairkan, lalu diciprat-cipratkan ke seantero kain. Alat pencipratnya adalah kuas. Nah, lho! Hati-hati saat menciprat-cipratkan itu. Jangan sampai kena mata atau anggota badan kita sendiri; apalagi mata dan anggota badan orang lain. Pastikan tak ada anak-anak bandel di sekitar Anda bila sedang mengerjakan batik ciprat. Agar parafin tetap cair, tentu harus terus dipanaskan di atas kompor kecil yang menyala. Jadi, cairannya panassss. Hati-hati pula kalau memakai kompor listrik. Bisa kesetrum lho, kalau tingkah polah kita serampangan.
Teknik lukis/tulis amat susah bila kita tak luwes membikin pola gambar. Misalnya ingin bikin batik dengan lukisan dedaunan. Wah, daun hasil lukisan kita bisa terlihat kaku bagai paku. Belum lagi bila tiba masanya mempergunakan parafin cair panas dengan canting. Wah, wah. Memakai canting pun harus luwes. Cepat, tapi enggak brutal. Kalau brutal akan tumpah-tumpah parafinnya. Karena panas, kalau kena tangan ya sakit. Hasilnya disebut batik lukis/tulis.
Ada satu teknik membatik yang kutahu, tapi belum pernah kucoba. yakni tenik cap. Mudah ini. Kalau yang kulihat di sebuah pabrik batik di Solo, alat capnya mirip setrika. Tapi berbahaya juga. Pakai parafin panas juga, sih. Sementara teknik cap yang dipraktikkan Adiba kecilku amat mudah dan aman. Alat capnya dari batang aneka pohon. Kala itu Adiba bikin batik cap dahan pepaya dan pisang. Enggak pakai parafin panas tapi pakai cat akrilik... eh, seingatku nama jenis catnya begitu. Maaf kalau salah.... :D
Sudahlah. daripada ribet membayangkan teknik-teknik batik ini, beli batik yang sudah jadi saja deh. Atau, sesekali ikutlah kursus membatik di kota Anda. Hehehe....
Sebagai penutup tulisan serius ini, silakan perhatikan foto-foto berikut ya. Insya Allah akan melejitkan pemahaman Anda tentang teknik membatik yang coba eike jelaskan tadi. Semoga bermanfaat.
Contoh batik ikat celup alias batik jumputan. Ini teknik termudah.
Seorang pengrajin batik sedang membuat batik ciprat. Dia mempergunakan kompor listrik.
Inilah hasil dari teknik ciprat. Masih ingat 'kan? Sebutannya batik ciprat. kalau mencipratnya brutal bolehlah disebut batik siram.
Kalau empat foto yang terakhir merupakan batik lukis/tulis. Walaupun tampaknya sederhana, tidak mudah juga bila kita coba membuatnya.
MORAL CERITA:
Cintailah, lestarikanlah, dan perkenalkanlah budaya bangsa kita sekalian ke seantero dunia. Agar dunia tahu betapa berbudayanya kita, bahkan semenjak nenek moyang kita dahulu. Oke?
MORAL CERITA:
Cintailah, lestarikanlah, dan perkenalkanlah budaya bangsa kita sekalian ke seantero dunia. Agar dunia tahu betapa berbudayanya kita, bahkan semenjak nenek moyang kita dahulu. Oke?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!