JUDUL postinganku kali ini terinspirasi oleh sebuah cerpen karya Anton Chekhov. Siapakah dia? Yang jelas dia bukan tetanggaku ataupun mantan kekasihku. Hahaha..... Kalau beneran mau tahu siapa dia, klik saja tuh namanya. Aku sudah berbaik hati memberikan link 'kan?
Tapi kali ini, aku tak hendak bicara tentang cerpen. Atau, memamerkan cerpenku yang barusan dimuat di salah satu media massa nasional/lokal. Aku justru ingin memamerkan puisi-puisiku (kalau ini boleh disebut puisi, sih) yang lahir pada Desember 2015 lalu.
Daripada tersimpan saja di lembaran-lembaran buku tulisku, 'ntar malah hilang. Kalau aku publikasikan di sini 'kan lumayan. Maksudnya, lumayan bisa untuk mengisi blog. Lumayan bisa untuk bilang ke orang-orang, "Ini lho, aku tetap berkarya." Lhah! Malah ujub bin sombong!??? Astaghfirrullah! No, no, no! Maksudku bukan mau sombong-sombong lho, yaaa. Samsek bukaaan.
Sudahlah. Silakan simak saja coretan-coretanku berikut ini. Siapa tahu salah satunya amat berkenan di hati Anda sekalian. Bikin makjleb. Bikin terinspirasi. Bikin termotivasi. Bikin terhibur. Bikin tertawa terkekeh-kekeh. 'Kan ujung-ujungnya bikin aku bahagia juga.
Daaaan, jangan lupa. Puisi-puisi ini (secemen apa pun nilai sastranya) merupakan kepingan-kepingan pengalaman hidupku di masa lalu. Sebagai hasil dari mengamati orang lain dan merasai sendiri. Yang pada akhirnya menumpuk, memperkarya warna hidupku kini. Ah, sudah... sudah.... Kelamaan prolog jadinya. Hihihi... :D
APA MUNGKIN
Apa mungkin,
kita diam-diam saling ditakdirkan?
Jika iya,
mengapa selalu saja ada batas
yang mengungkung kemerdekaan hati kita?
Jika tidak,
mengapa kini tetiba kita
kembali saling hadir?
Apa mungkin,
kita kini ditakdirkan tak lagi berjarak?
--setelah angin yang membadai;
luluhlantakkan bangunan jiwamu;
bangunan jiwaku--
(Yk, Sanggrahan, 2-12-2015)
SEMUA TELAH KUPINDAHKAN
kamu mesti percaya,
tak ada lagi cinta
yang tersisa buatmu
tengoklah langit senja,
amati jingganya yang merona
semua cinta telah kupindahkan ke situ!
(Yk, Sanggrahan, 2-12-2015)
OPTIMIS
aku tahu ada si mata jeli
di seberang samudera sana
tapi tak berarti
tiada celah untuk secercah asa
bukankah selalu ada 1% yang signifikan,
yang bisa hanguskan 99% kemungkinan?
(Yk, Sanggrahan, 3-12-2015)
JANGAN SALAH DUGA
aku tetap di sini
dan masih di sini
terlihat peduli
dan setia memunguti
serpihan hati
aku siap tersenyum
dan terbukti selalu bisa tersenyum
kapan pun kau ajak aku tersenyum
ya!
aku masih di sini
dan tampak setia menanti
tapi tak sedang menunggumu kembali
dengar,
aku justru bersiap pergi!
(Yk, Sanggrahan, 6-12-2015)
AKU LEBIH SUKA
aku lebih suka menyebutmu elang
sebab bagiku,
elang itu tak pernah bimbang
selalu 'lesat bagai waktu
dan tiada ragu untuk terbang
entah kapan pun itu
dan demi apa pun itu!
(Yk, malam, 6-12-2015)
RINDU YANG MAMPIR
kupikir,
tak mengapa bila
sesekali
aku rindu kepadamu
toh rasa itu sekadar
mampir
dan tak hendak
kupatri rapi-rapi
di dinding-dinding
hatiku
(Yk, Sanggrahan,
6-12-2015)
TIPIS
:dari kisah masa lalu
hujan kali ini tipis saja
namun riciknya tak berjeda
mungkin,
serupa itulah rinduku kepadamu
tipis-tipis belaka
namun rutin di sepanjang waktu
(Yk, gerimis, 7-12-2015)
DEMI Menuju-MU
tahun-tahun yang
berjalan
hari-hari yang
berlari
rencana
asa
dan hal-hal lain
yang aku desain
....
pada akhirnya semua
berpulang
pada-Mu jua!
(Yk, gerimis,
7-12-2015)
MAKNAMU
faktanya,
tanpa dukunganmu
sayapku mengembang maksimal
ya, rupanya begitu!
apa boleh buat?
hadirmu ternyata bermakna penghalang
bagiku....
wah!
(Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)
TELEPON SENJA
hujan tanpa jeda
dan teleponmu yang tiba-tiba
--ini sesuatu yang tak biasa--
namun aku enggan
mempertanyakan maknanya
untuk apa?
(Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)
KAWAN BERBINCANG
sebagai pengembara,
aku terbiasa berkawan dengan angin
yang melalui desaunya
kuisyaratkan secincang ingin!
(Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)
INGATAN
riuh katak
di sawah
depan rumah
hujan tak lebat
yang tak lagi menderai
dan genangan air
yang kemudian mengalir
di sepanjang parit
semua adalah tentang hujan!
namun anehnya,
benakku penuh sesak
dengan kemarau....
(Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)
Nah, bagaimana? Bagaimana dengan
kepingan-kepingan recehan kehidupanku? Mungkin terlalu cemen bagi Anda, ya? Apa
boleh buat? Aku mesti bagaimana lagi? Kalau kenyataannya jejak kehidupanku
adalah jejak yang cemen, aku toh tak akan pernah bisa mengingkarinya.
Hehehe.... Apa pun itu, inilah sebagian dari sejarah kehidupanku. Sejarah yang tak mungkin kuhapus, sejauh aku masih ingin punya ingatan.
Sejarah itu masa
lalu. Maka tak ada yang namanya sejarah masa kini dan sejarah masa nanti.
Sejarah itu
ingatan. Maka orang yang hilang ingatan berarti kehilangan sejarah
kehidupannya.
Dan, aku tak mau
hilang ingatan!
Kalau ini sih uang recehan.... |
Hmmm, baca tulisan orang sastra itu sesuatu, he he
BalasHapushahaaha...melebihi sesuatunya syahrini yaa... hahaha
Hapustrenyuh gue
BalasHapushalahhh, lha kok trenyuh...di bagian mananyaaaaa
HapusTerharu saya.
BalasHapushaduuh mB Yosiiii...kok komentarmu edisi bahasa Indonesia dari komentar Mb Indaah
Hapus