Minggu, 31 Januari 2016

HIDUPKU, KEPINGAN RECEHANKU

JUDUL postinganku kali ini terinspirasi oleh sebuah cerpen karya Anton Chekhov. Siapakah dia? Yang jelas dia bukan tetanggaku ataupun mantan kekasihku. Hahaha..... Kalau beneran mau tahu siapa dia, klik saja tuh namanya. Aku sudah berbaik hati memberikan link 'kan?

Tapi kali ini, aku tak hendak bicara tentang cerpen. Atau, memamerkan cerpenku yang barusan dimuat di salah satu media massa nasional/lokal. Aku justru ingin memamerkan puisi-puisiku (kalau ini boleh disebut puisi, sih) yang lahir pada Desember 2015 lalu. 

Daripada tersimpan saja di lembaran-lembaran buku tulisku, 'ntar malah hilang. Kalau aku publikasikan di sini 'kan lumayan. Maksudnya, lumayan bisa untuk mengisi blog. Lumayan bisa untuk bilang ke orang-orang, "Ini lho, aku tetap berkarya."  Lhah! Malah ujub bin sombong!???  Astaghfirrullah! No, no, no! Maksudku bukan mau sombong-sombong lho, yaaa. Samsek bukaaan.

Sudahlah. Silakan simak saja coretan-coretanku berikut ini. Siapa tahu salah satunya amat berkenan di hati Anda sekalian. Bikin makjleb. Bikin terinspirasi. Bikin termotivasi. Bikin terhibur. Bikin tertawa terkekeh-kekeh. 'Kan ujung-ujungnya bikin aku bahagia juga. 

Daaaan, jangan lupa. Puisi-puisi ini (secemen apa pun nilai sastranya) merupakan kepingan-kepingan pengalaman hidupku di masa lalu. Sebagai hasil dari mengamati orang lain dan merasai sendiri. Yang pada akhirnya menumpuk, memperkarya warna hidupku kini. Ah, sudah... sudah.... Kelamaan prolog jadinya. Hihihi... :D     


APA MUNGKIN

Apa mungkin,
kita diam-diam saling ditakdirkan?
Jika iya,
mengapa selalu saja ada batas 
yang mengungkung kemerdekaan hati kita?
Jika tidak,
mengapa kini tetiba kita 
kembali saling hadir?

Apa mungkin,
kita kini ditakdirkan tak lagi berjarak?
--setelah angin yang membadai;
luluhlantakkan bangunan jiwamu;
bangunan jiwaku--
(Yk, Sanggrahan, 2-12-2015) 


SEMUA TELAH KUPINDAHKAN

kamu mesti percaya,
tak ada lagi cinta
yang tersisa buatmu
tengoklah langit senja,
amati jingganya yang merona
semua cinta telah kupindahkan ke situ!
 (Yk, Sanggrahan, 2-12-2015)  


OPTIMIS

aku tahu ada si mata jeli 
di seberang samudera sana
tapi tak berarti
tiada celah untuk secercah asa
bukankah selalu ada 1% yang signifikan,
yang bisa hanguskan 99% kemungkinan?
(Yk, Sanggrahan, 3-12-2015)   


JANGAN SALAH DUGA

aku tetap di sini
dan masih di sini
terlihat peduli
dan setia memunguti
serpihan hati

aku siap tersenyum
dan terbukti selalu bisa tersenyum
kapan pun kau ajak aku tersenyum

ya!
aku masih di sini
dan tampak setia menanti
tapi tak sedang menunggumu kembali
dengar,
aku justru bersiap pergi!
(Yk, Sanggrahan, 6-12-2015)

  
AKU LEBIH SUKA

aku lebih suka menyebutmu elang
sebab bagiku,
elang itu tak pernah bimbang
selalu 'lesat bagai waktu
dan tiada ragu untuk terbang
entah kapan pun itu
dan demi apa pun itu!
(Yk, malam, 6-12-2015)


 RINDU YANG MAMPIR

kupikir, 
tak mengapa bila sesekali 
aku rindu kepadamu
toh rasa itu sekadar mampir
dan tak hendak kupatri rapi-rapi
di dinding-dinding hatiku
(Yk, Sanggrahan, 6-12-2015)  


TIPIS
:dari kisah masa lalu

hujan kali ini tipis saja
namun riciknya tak berjeda
mungkin,
serupa itulah rinduku kepadamu
tipis-tipis belaka
namun rutin di sepanjang waktu
(Yk, gerimis, 7-12-2015)  


 DEMI Menuju-MU

tahun-tahun yang berjalan
hari-hari yang berlari
rencana
asa
dan hal-hal lain
yang aku desain
....
pada akhirnya semua berpulang
pada-Mu jua!
 (Yk, gerimis, 7-12-2015) 


MAKNAMU

faktanya,
tanpa dukunganmu
sayapku mengembang maksimal
ya, rupanya begitu!
apa boleh buat?
hadirmu ternyata bermakna penghalang
bagiku....
wah!
 (Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)  


TELEPON SENJA 

hujan tanpa jeda
dan teleponmu yang tiba-tiba
--ini sesuatu yang tak biasa--
namun aku enggan
mempertanyakan maknanya
untuk apa?
(Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)  


KAWAN BERBINCANG

sebagai pengembara, 
aku terbiasa berkawan dengan angin
yang melalui desaunya
kuisyaratkan secincang ingin!
 (Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)  


INGATAN

riuh katak
di sawah 
depan rumah

hujan tak lebat
yang tak lagi menderai

dan genangan air
yang kemudian mengalir 
di sepanjang parit

semua adalah tentang hujan!

namun anehnya,
benakku penuh sesak 
dengan kemarau....
 (Yk, Sanggrahan, 8-12-2015)  

Nah, bagaimana? Bagaimana dengan kepingan-kepingan recehan kehidupanku? Mungkin terlalu cemen bagi Anda, ya? Apa boleh buat? Aku mesti bagaimana lagi? Kalau kenyataannya jejak kehidupanku adalah jejak yang cemen, aku toh tak akan pernah bisa mengingkarinya. Hehehe.... Apa pun itu, inilah sebagian dari sejarah kehidupanku. Sejarah yang tak mungkin kuhapus, sejauh aku masih ingin punya ingatan.

Sejarah itu masa lalu. Maka tak ada yang namanya sejarah masa kini dan sejarah masa nanti. 
Sejarah itu ingatan. Maka orang yang hilang ingatan berarti kehilangan sejarah kehidupannya.
Dan, aku tak mau hilang ingatan!



Kalau ini sih uang recehan....

6 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!