GEGARA pagi-pagi aku menggerutu soal sampah di teras, postinganku hari ini pun bernuansa sampah. Ingat! Apa saja bisa dijadikan ide tulisan lho, yaaa. Maka jangan ragu-ragu untuk selalu menghayati tiap peristiwa yang Anda lihat-alami-amati. Dengan demikian, ide menulis Anda bisa senantiasa tumpah ruah. Hmmm. Aku sedang membagikan tips mencari ide lho iniiiih.... #Catet-catet-catet!
Baiklah. Mari kita kembali ke soal sampah. Begini. Usai shalat Subuh tadi aku membuka pintu depan, bermaksud menikmati sejuknya udara pagi di teras. Hmm. Lumayan segar, sih. Dedaunan memang tak terlihat sedang menari. Tapi hatiku tetap terasa mekar berseri. Hingga akhirnya... aku menyadari hadirnya serakan sampah tepat di bawah teras.
Sampahnya berupa bungkus makanan kecil dan botol minuman. Huft! Tak salah lagi. Ini pasti ulah Adiba dan teman-temannya. Semalam mereka memang mengobrol sembari makan-minum di teras. Ihh. Lagi-lagi begini. Kalau tidak diingatkan seketika itu untuk membuang sampah pada tempatnya, kejadiannya ya begini. No choice! Aku pun membereskan serakan sampah itu.
Begitu masuk rumah lagi, langsung kutegur Adiba. Tapi wajahku kubikin selempeng mungkin. "Kok semalam bungkus jajanannya asal dibuang? Enggak dibuang ke tempat sampah?"
"Punyaku aku buang ke tempat sampah, kok." Adiba menyahut dengan muka masam. Aku tak suka. Mestinya aku dong yang bermuka masam.
"Lhah? Kenapa teman-temanmu tak kau tegur? Tuh, Mbak Ema 'kan sudah SMK. Sudah gede. Ingetin.Suruh jadi contoh dia. Bunda sudah sering menegur kalian 'kan?"
"Iya, ya. Sudah toh Bunda."
"Sudah apanya? Kalian selalu begitu. Berkali-kali ditegur tak pernah diperhatikan. Ih, enggak keren banget. Kalian tuh cantik, pegangannya HP pintar, kok jorok?"
Muka Adiba kian masam. "Sudah, Bunda. Sudah. Aku mau mandi. Bosan diomeli terus."
Berhubung ia kemudian masuk kamar mandi, ya sudah. Aku diam. Tak punya objek omelan lagi toh? Namun, aku malah teringat berita dua hari lalu. Berita tentang seseorang yang wafat sebab tertimbun gunungan sampah puluhan meter. Yang di Bantargebang itu, lho. Ya, Allah. Sungguh, urusan sampah bukanlah urusan sepele.
Kalau dipikir-pikir, sampah merupakan urusan yang lumayan pelik. Mulai dari kebiasaan kita membuang sampah sembarangan. Lalu, tidak memadainya kondisi TPA (= Tempat Pembuangan Akhir). Hingga tak maraknya pengelolaan sampah secara efektif. Huft! Entahlah. Daripada kepalaku yang sedikit pusing malah tambah pusing, aku akhiri saja tulisanku ini.
MORAL CERITA:
Anak-anak mesti dididik untuk tak sembarangan membuang sampah. Lebih dari itu, harus ditanamkan pengertian kepada mereka bahwa lingkungan yang bersih dari sampah adalah lingkungan yang sehat, nyaman, dan agamis. Lho? Kok agamis? Iyaaa.... Bukankah kebersihan adalah sebagian dari iman?
Terasku yang nyaman untuk nongkrong di sembarang waktu, tapi sekaligus berpotensi menjadi tempat sampah dadakan.... :(
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!