TUMBANGNYA POHON TALOK KAMI

AKU sedikit sedih pagi ini. Penyebabnya bermacam-macam. Ya ampyuuun, pesimis nian jadi manusia. Mungkin demikian komentar sebagian dari Anda, duhai para pembaca. Hehehe.... Tenang, tenang, tenang. Aku tak sedang sedih dengan penyebab yang meluluhlantakkan jiwa, kok. Bahkan mungkin, penyebab kesedihanku malah akan Anda tertawakan. Hmmmm. Kita cek saja, yuk.

Pertama, aku sedih sebab foto-foto yang kuambil kemarin siang tidak terdata di HP. Ih, ih, ih. Padahal foto-foto itu sedianya untuk melengkapi postinganku ini. Walhasil, kupasanglah foto di atas. Yeah, dari sederet foto yang ada, kiranya hanya itu yang agak nyangkut dengan tema postinganku ini. 

Kedua, masih saja aku agak meratapi HP-ku yang gak kompromi denganku terkait penyimpanan gambar. Ketiga, masih idem dengan penyebab kedua. Keempat, idem juga dengan penyebab kedua dan ketiga.

Kelima, aku sedih sebab Adibaku kecewa. Adapun Adiba kecewa gegara pohon talok kami tumbang. Iya, kemarin siang hujan dan angin sempat sedikit membadai. Tapi uh la la, ternyata saat kubuka pintu dapur usai hujan, pohon penuh kenangan itu telah berbaring di tanah dengan manisnya. O, ya. Adiba kecewa sebab pohon itu adalah tempatnya nongkrong. Sejak balita, si cantikku ini 'kan getol memanjat. Nah, pohon talok itulah pohon favoritnya.

Memang sih, pada akhirnya selalu akan tumbuh tunas-tunas baru. Kali ini pohon talok itu tumbang sendiri. Bukan tak mungkin di kelak kemudian hari, di bekas tempat akarnya akan bersemi pohon muda belia. Toh sekitar tiga tahun lalu, seorang ayah yang lebay rasa cemasnya dengan gemas menebang pohon talok itu. Menebang tapi menyisakan batang pohon setinggi semeter. Walhasil, cepat tumbuh dan meninggi lagi tuh pohon.

#Hah? Aku jadi ingat sesuatu, Alhamdulillah yang roboh bukan pohon kelapa di samping kamarku. Alhamdulillah, Alhamdulillah. Kali ini the power of bejo bergerak lagi... :P