MENJELANG berakhirnya Februari 2016 ini, aku mendadak ingat sesuatu. Tapi sesuatu yang sifatnya menyedihkan. Iya... sesuatu yang berkaitan dengan kematian. Duh Gusti Allah, ternyata sudah dua Februari, dua tahun berturut-turut, Engkau panggil teman-temanku untuk segera menghadap-Mu.
Pada 13 Februari 2016 lalu, teman SMA-ku (yang sekaligus teman satu kosku pas SMA dulu) yang Kau panggil. Adapun setahun lalu, aku lupa-lupa ingat antara tanggal 1 atau 2 Februari 2015, teman satu almamaterku yang telah duluan Kau panggil. Iya, teman sealmamater beda fakultas. Yang ternyata malah sempat menjadi teman sekantor.
Huffft. Bila beberapa hari lalu aku berduka sebab berpulangnya Bagus Budiwibowo, kali ini aku berduka sebab teringat almarhum Pak Slamet Riyadi yang telah lebih dulu berpulang. Alfatikah saja buat mereka, deh. Mereka yang merupakan pria-pria baik, yang wafat di usia muda. Usia 40 tahunan.... Semoga aku yang berduka sebab berpulangnya mereka bisa meneruskan cita-cita hidup keduanya. Yakni cita-cita menjadi manusia baik dan mulia. Aamiin.
MORAL CERITA:
Bukan sekadar rasa sedih yang terbersit tatkala kita menerima berita duka. Namun lebih dari itu, kabar duka cita ibarat tepukan di bahu kita. Tepukan peringatan bahwa sungguh, tak ada yang abadi kecuali Dia Yang Mahaabadi.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.
BalasHapusJadi tergetar. Usia saya sudah kepala 4 juga. Anak2 saya masih kecil2 ...
Iya MBak, aku juga...rasanya waktu demikian cepat berjalan, sedangkan ada banyak hal yang belum kita tuntaskan. Smoga Allah ta'ala memberikan kita banyak kesempatan utk membuat banyak kebaikan dan manfaat sebelum kembali menghadap-Nya. Aamiin.
Hapus