Jumat, 11 Maret 2016

HUJAN PAGI INI

TEPAT sesaat setelah azan Subuh berkumandang, hujan mulai turun. Deras dan makin deras. Tak kunjung berhenti hingga waktu menunjukkan pukul enam pagi. Lalu, tingkat kelebatan hujan sedikit menurun. Langit pun masih sangat gelap. Hmm. Alhamdulilllah. Hujan pagi yang semoga penuh rahmat-Nya.

Namun seperti biasa, ada satu hal menyelinap di hatiku. Satu hal yang mencemaskanku ,bila hujan turun pagi hari. Yakni terkait dengan keberangkatan Adiba ke sekolah. Dia bersepeda dan tak pernah mau memakai jas hujan. Dibujuk rayu yang semanis apa pun tak mempan. Alih-alih mau memakai jas hujan, kalau dibujuk-bujuk terus malah bisa berteriak menyalahkan hujan. Oh! Aku tak mau. Sungguh tak mau kalau anakku mengomel pada hujan. 

Maka aku memilih banyak tersenyum, tatkala menemaninya bersiap menembus hujan. Ya. Tentu saja dia akan menembus hujan dengan sepedanya. Tanpa jas hujan. Hanya dengan jaket. Tanpa tutup kepala sebab tutup kepala yang ada di jaketnya pun diabaikannya.

Pukul tujuh kurang tujuh menit. Kami berdua sigap di mulut pintu dapur. Masih hujan. Derasnya pun tetap lumayan. Sekali lagi dengan halus kutawarkan, "Gimana? Mau pakai jas hujan? Untuk menutup ransel saja. Kasihan bukunya kalau kehujanan." 

Adiba tetap menolak. Maka kutawarkan opsi lain, yang mungkin mengkhianati cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara. "Atau... bolos sekolah saja?" Oh la la! Ternyata anakku menolak tawaran menarikku. Aku salah duga. Kukira dia bakalan suka tawaranku itu. Hmm. Hahaha.... :D

"Aku benci hujan!" Teriak Adiba tiba-tiba. Eeeeeaaaa kaka.... dan aku benci teriakannya itu. Aku ingatkan dia bahwa hujan itu rahmat. Dosa kalau memaki hujan. Sebab memaki hujan, sama halnya memaki Tuhan yang menciptakan hujan.

"Iya, Bunda. Iya. Aku tahu. Tapi kok ya hujannya pagi-pagi begini?" Katanya masih dengan nada keras.

"Sudah. Begini saja. Mau sekolah atau tidak? Kalau sekolah, berangkat sekarang. Ngebut saja naik sepedanya, tapi tetap hati-hati. Jangan takut telat. Semua orang juga biasa telat kalau hujan. Bikin asyik saja. Risiko orang naik sepeda pas hujan ya basah. Jangan nyalahin hujan. Sebenarnya 'kan kamu bisa pakai jas hujan. Kamu tidak mau. jadi yang salah kamu. Iya 'kan?" Aku kemudian mencerocos tak kalah keras.

Dan akhirnya, setelah mencium tanganku, Adiba bablas dengan sepeda lipatnya. Aku antar dengan tatapan mata penuh doa. Oh la la! Dia sendirian saja di jalanan sepi nan hujan. Ya iyalah. Mana ada orang jalan-jalan di hari sehujan itu?

Huft. Alhamdulillah. Legalah aku begitu Adiba berangkat. Selarik doa pun kulantunkan untuk menyertai perjalanannya.  

MORAL CERITA:
Ternyata nasehat yang sekecil apa pun harus terus diulang-ulang untuk disampaikan. Contohnya nasehatku kepada Adiba agar tak benci hujan. Aku ulang terus, terus, terus....

#hari ini tanggal 11 Maret, ya? SUPER SEMAR dooong....

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!