SUATU ketika, pada suatu kopdar IIDN Jogja, aku bejo bisa mendapatkan doorprize. Wujudnya sebungkus kecil (enggak kecil-kecil amat sih...) cokelat bubuk. Itu lho, cokelat mbah uti yang lagi kekinian. Yang manisnya semanis aku, eh... manis gula aren.
Alhamdulillah bisa nyicip dagangan Bu Guru Marul Prihastuti secara gretongan. Padahal sungguh, semula sudah niat mau beli. Hahaha.... Yeah, begitulah adanya bila nasib baik tengah berpihak. Rezeki tak bakalan lari ke mana.
O, ya. Cokelat mbah uti itu memang dagangan Bu Guru Marul. Beliau bukan produsennya, sih. Tapi tampaknya bandar besarnya. Iya, bandar besar. Soalnya beberapa teman IIDN Jogja telah direkrutnya jadi pengedar kecil alias pengecer.
Demikianlah takdir bergulir. Bu Guru Marul menyumbangkan jualannya untuk dijadikan doorprize (tentu demi kepentingan promosi), ndilalah aku yang bejo. Oleh sebab itu, aku merasa senang sekaligus berhutang budi bila tak bertestimoni. Eh? Sik, sik, sik... berhutang budi atau berhutang cokelat, sih? Terus, berhutang pada Pak Budi atau pada Bu Marul? #paragraf-ngaco
Baiklah. Mari lupakan hutang, mari kembali ke cokelat uti. Kalau ditanya, "Rasanya gimana?" Tentu kujawab, "Amat enak. Cokelatnya terasa cokelat. Tapi manisnya beda daripada yang lainnya."
Tentu saja kujawab amat enak sebab gratis. Hahaha.... Enggak gitu juga, sih. Memang enak, kok. Harganya pun terjangkau. Kalaupun aku disuruh bayar, tak masalah sebenarnya. Asal saja sedang punya uang. Hmmm.... :D
Lalu, kujawab terasa cokelat sebab memang dibuat dari cokelat asli. Bukan dari cokelat jadi-jadian. Dan, kujawab manisnya beda karena pakai gula aren. Konon gula aren lebih sehat daripada gula tebu.
Cara bikin secangkir cokelat uti hangat pun mudah. Tinggal menyeduhnya dengan air hangat/panas. Kalau ingin diminum secara dingin, tinggal menambahkan es batu sesuai selera. Kalau ingin menjadikannya es lilin, tinggal memplastikinya (dengan plastik khusus es lilin) dan kemudian membekukannya di kulkas.
O, ya. Berhubung "koleksi" susu bubukku berwarna putih, cokelat uti gretonganku kerap kujadikan campuran manakala ingin menikmati secangkir susu cokelat hangat. Pernah pula, kupakai untuk campuran agar-agar.
MORAL CERITA:
Kalau ada teman yang berbisnis makanan/minuman dan Anda sudah mencicipinya, sempatkanlah bertestimoni. Siapa tahu omzetnya membesar sebab testimoni Anda? Siapa tahu nanti Anda dapet produk gretongan lagi? Siapa tahu bakalan dapet diskon kalau membelinya? Hahaa.... :D
Di atas adalah penampakan cokelat aren mbah uti. Adapun gambar di bawahnya adalah logo promosinya. Semua penampakan kuambil dari koleksi foto Bu Marul Prihastuti
Nah, ini dia penampakan Bu Marul. Multitalenta banget beliau. Mengajar, jualan cokelat, jualan baju, jualan bumbu, jualan sandal, bahkan jadi sopir bis....
Duh mbak Bejo... Supir bisnya konyol yang narsis... 😂😂😂
BalasHapusTararengkyuuuuhhh eaaaaa... Besuk ku bawain ikan lagi kalo dapet mancing deh
Huahaahaaa.....
HapusEnyaaak!!!
BalasHapusAku juga jadi pengecernya niih...
Hayooo beli, jangan gretongan melulu... :)
huahahaha...iyaaa iyaa....siap komandaaan
Hapus