Rabu, 02 Maret 2016

SECANGKIR KOPI DAN PUISI

SEPERTI biasa, kuawali hari ini dengan secangkir kopi. Pokoknya kopi apa pun yang ada di rumah. Tapi lebih suka bilamana yang tersedia kopi hitam. Yang bagiku merupakan kopi sejati. Haiyaahhh.... Gaya! Padahal aslinya aku paling suka kopi merk gretongan! Camkan ituuuh.... :D

Tentu saja lebih afdal kalau ada teman si kopi. Entah roti, entah pisang goreng. Bisa pula sekadar kacang atom. Kadang kala bubur gudheg juga. Menunya nyambung gak nyambung tak jadi soal. Yang penting secangkir kopinya. Yang bagiku berarti pula secangkir semangat pagi. Ehem, ehem.  Jangan buruk sangka pada kopi, deh. Dalam secangkir kopi hitam toh ada manfaatnya juga, lho.

O, ya. Ada satu lagi yang jadi penyemangatku di awal hari, yaitu radio. Wah. Tentu saja radionya tak aku cemil. Tapi aku nyalakan tombol ON-nya dan aku cari gelombang yang kece baday. Lalu aku dengarkan dengan takzim, sembari menyeruput kopi.

Tentu saja aku tak sembarangan memilih gelombang. Aku selalu memilih yang acaranya penuh nutrisi gitu, lho. Entah yang berupa ceramah keagamaan, inspirasi hidup/bisnis, atau sekadar lagu-lagu rancak yang menggoda untuk jejingkrakan. Haram bagiku mendengarkan lagu patah hati slow mellow di pagi hari.

Acap kali bila sedang dipenuhi nuansa romantis ataupun dramatis, beberapa puisi pun bisa berhasil terangkai. Hehehe.... memang begitulah pagiku. Alhamdulillah selalu penuh semangat berkat secangkir kopi dan warna-warni puisi kehidupanku sendiri. Haiyaahhh... ngomong apa ini?

MORAL CERITA:
Temukan sendiri pemantik api motivasimu, Kawan! Kalau aku pada secangkir kopi pagi, kamu pada apa?      

2 komentar:

  1. Ahaiii, asyeekkk, .... selalu terhipnotis oleh setiap rangkaian kata yang Bunda tulis, hmmm indah sekali. Oh, ya ...kopinya minus sianida kan Bund itu, he he?

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!