Selasa, 29 Maret 2016

Ujung dari Cinta Johan Cruyff

HARI ini aku tergelitik untuk menulis tentang Johan Cruyff. Iya. Johan Cruyff yang legenda sepakbola timnas Belanda itu. Yang juga merupakan legenda Barcelona. Yang barusan berpulang ke haribaan-Nya pada 24 Maret 2016 lalu.

Tapi postingan ini bukan tentang kepopulerannya. Bukan tentang prestasi-prestasinya. Bukan pula tentang perseteruannya dengan pemerintah Spanyol kala itu; terkait nama anak ketiganya. Di sini, dalam postingan ini, aku lebih tergelitik untuk mengulas perihal kecintaannya terhadap rokok.
Asal tahu saja, dalam sehari Johan Cruyff mampu menghabiskan 20 batang rokok. Rokok pula yang menjadi pelariannya manakala stres melatih Barcelona. Dan sesungguhnya, ia memang telah menjadi perokok berat sejak muda. 

Dahulu pada suatu ketika, Cruyyf muda yang berstatus sebagai pemain, pernah berselisih dengan pelatihnya. Ya, tentu saja. Sebuah perselisihan tentang hobi merokoknya. Jauh di kemudian hari, tatkala menjadi pelatih, tak segan-segan ia merokok di pinggir lapangan.  
Ah! Demikian besar kecintaan Johan Cruyff pada rokok. Sebuah cinta yang buta, sungguh-sungguh buta. Kukira ia tahu pasti perihal bahaya merokok. Hanya saja, ia tak kuasa meninggalkannya sebab cintanya jauh lebih kuat. Ini semacam kita jatuh cinta pada seorang playboy kelas kakap. Tahu akan besarnya risiko untuk dikhianati, tapi nekad dijalani. Ahaiii.... #Paragraf-ini-berpotensi-bikin-baper
Hingga pada akhir Februari 1991, Johan Cruyff harus menjalani operasi bypass di jantung. Sebuah tindakan demi menyelamatkan nyawanya. Alhamdulillah operasi sukses. Dokter bilang, ia bisa melanjutkan karier sebagai pelatih sepakbola. Namun pasca operasi, ada dua syarat mutlak untuk dilakoni. Pertama, rehat total dulu selama 2 bulan. Kedua, meninggalkan tembakau secara total.

Syarat yang kedua tentu amat berat bagi seorang Johan Cruyff. Tapi toh hidup adalah pilihan. Dan terbukti, ia merupakan seorang pria yang keren. Mengapa keren? Sebab demi cintanya pada sang istri dan anak-anaknya, ia rela putus hubungan selama-lamanya dengan rokok. Katanya, "Sepakbola telah memberi saya segalanya dalam hidup ini; namun tembakau hampir mengambil semua itu." 
Ia betul-betul jera untuk merokok. Sejak saat itu, ia rela menjilati lolipop sebagai pengganti rokok. Namun untuk segala hal, memang selalu ada harga yang wajib dibayar. Bila risiko dihutangi adalah tidak dibayar alias dikemplang, maka risiko cinta tembakau adalah kanker paru-paru yang tak tersembuhkan. Ya, pada bulan Oktober 2013 ia divonis menderita kanker paru-paru. Serangkaian pengobatan termasuk kemoterapi pun mulai ia jalani.
Memang banyak hutang yang dilunasi. Demikian pula, ada penderita kanker paru-paru yang beruntung bisa sembuh. Namun ternyata dalam hal ini, Johan Cruyff tak dipilih takdir sebagai orang yang beruntung. Pertaliannya dengan hidup telah usai. Tuhannya telah memanggilnya pulang.
Kini Johan Cruyff tinggal kenangan. Semangat tingginya untuk menjalani sebuah konsekuensi logis, yakni konsekuensi dari kecintaannya yang akut terhadap rokok, menjadi tak lagi berarti. Apa boleh buat? Cinta matinya pada tembakau telah mengantarkannya pada kematian. Kiranya inilah sebuah cinta yang berujung duka.... #Tahan-diri-untuk-tidak-baper!
Selamat jalan, Opa Johan Cruyff. Semoga kisahmu ini menjadi pelajaran bagi mereka yang juga cinta akut terhadap rokok. Penyesalanmu, yang kausambung dengan ketegaranmu untuk melawan sakit, tentu dapat diambil hikmahnya. 
Hmmm. Kalau Anda belum begitu ngeh dengan sosok yang tengah kutulis ini, silakan langsung googling saja, ya. Agar tak keburu kesasar arah pemahaman. Asal tahu saja, disalahpahami itu bisa sangat menyesakkan dada.... Huft! #Lagi-nulis-serius-kok-tetep-saja-berusaha-curcol
MORAL CERITA:
Penyesalan selalu datang belakangan. Kalau datang di awal, berarti serupa mahasiswa teladan yang rajin kuliah.
 Lihatlah tatkala Cruyff muda datang ke Indonesia dan diajak foto bareng oleh para pemain timnas kita. Silakan langsung klik link ini untuk tahu lebih lanjut, ya...
  
Di bawah ini adalah penampakan sosok Johan Cruyff waktu masih agak mudaan. Di pinggir lapangan, tatkala berstatus sebagai pelatih Barcelona.... Kuambil dari http://bola.liputan6.com/
 
Dalam sehari, Cryuff bisa menghabiskan 20 batang rokok. Kini dia berjuang untuk sembuh dari kanker.

2 komentar:

  1. Yaaah, tembakau itu seperti selingkuhan, selalu mencari peluang untuk merampas kebahagiaan kita. (ttd Candy)

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!