KALI ini aku mau cerita tentang Adiba. Ya, Adiba lagi. Again and again. Lhah! Mau bagaimana lagi? Kehadirannya memang ditakdirkan untuk mengguncangkan duniaku. Haha! Adapun ujung dari keguncangan-keguncangan itu adalah mengalirnya inspirasi bagiku, untuk menulis sesuatu terkait dengannya. Akibatnya, aku bisa makin mahir menulis. Iya 'kan? Hehehe.... :D
Kiranya segala rupa perilaku dan perbuatan Adiba adalah berkah tersamar. Rahmat terselubung bagiku. Iyaaa.... Kalau dipikir stres, menghadapi Adiba ya memang bisa stres. Adaaa saja jawabannya untuk sebuah tanya. Adaaa saja alasannya untuk makin memulurkan sebuah tunda. Hiiihh! #Nulis ini malah bikin baper
Seperti kemarin, ia bertanya lugas kepadaku, "Bunda dulu mahasiswa juga 'kan?" Aku mengiyakan. "Terus, mengajar di sekolah-sekolah atau tidak?" Aku menggelengkan kepala.
Daaaan, inilah komentarnya kemudian, "Pantes saja. Bunda 'kan kurang pintar. Enggak paham bahasa Jawa dan selalu kesusahan Matematika. Jadi, dulu tak kepilih mengajar di sekolah-sekolah."
OMG! Ternyata begitu banget tuduhannya kepadaku. Memang benar adanya sih perkataan itu. Aku kerap kali tak ngeh dengan soal bahasa Jawa dan soal Matematika. Jadi kalau pas Adiba bikin PR untuk dua mata pelajaran tersebut, ndilalah kok terasa demikian sulit bagiku, woww... kalang kabutlah aku minta bantuan sana sini.
Aku tersenyum masam mendengar komentar tak ramah itu. Kataku kemudian, "Bukan perkara Bunda kurang pintar. Bunda tak pernah mengajar di sekolah-sekolah karena...."
"Ya karena tak bisa. Lha wong kakak mahasiswa yang datang ke sekolahku tadi bisa ngajari bahasa Jawa dan Matematika, kok. Lancar ngajarinya. Berarti Bunda tak kepilih sebab kurang pintar. Hahaha...," potong Adiba dengan sadisnya. Oh la la! Baiklah, baiklah. Terserah apa katamu lah, Nak....
#Anakmu tentu tahu potensi terbaik dari dirimu
#Di sisi lain, anakmu pun paham potensi terburuk darimu
MORAL CERITA:
Jadi ibu mesti tabah dan tawakal bila suatu ketika dikatain kurang pinter oleh anak.... :D
Aku tersenyum masam mendengar komentar tak ramah itu. Kataku kemudian, "Bukan perkara Bunda kurang pintar. Bunda tak pernah mengajar di sekolah-sekolah karena...."
"Ya karena tak bisa. Lha wong kakak mahasiswa yang datang ke sekolahku tadi bisa ngajari bahasa Jawa dan Matematika, kok. Lancar ngajarinya. Berarti Bunda tak kepilih sebab kurang pintar. Hahaha...," potong Adiba dengan sadisnya. Oh la la! Baiklah, baiklah. Terserah apa katamu lah, Nak....
#Anakmu tentu tahu potensi terbaik dari dirimu
#Di sisi lain, anakmu pun paham potensi terburuk darimu
MORAL CERITA:
Jadi ibu mesti tabah dan tawakal bila suatu ketika dikatain kurang pinter oleh anak.... :D
Adiba bersama teman sekelasnya dan kakak mahasiswa yang sedang PKL
Kakak mahasiswa ... bolehkah kupinjam bahumu untuk menangis? Dan tadi pagi aku dan Nina sedang mengolok Emir karena kecerobohannya selalu lupa menaruh barang. Lalu Nina balik menohokku: Emir tuuu turunannya Mama. Hmmm. But it is true.
BalasHapushiyaaa hahaha....
HapusAdiba pinter (gak) kayak emaknya *eh
BalasHapushaaiyyaaa...... ada Abang Nor Zee....
Hapus