HARI ini, tanggal 21 April 2016. Hari Kartini, coy! Di mana-mana terlihat kerumunan orang berpakaian kebaya dan busana adat daerah lain. Dewasa-remaja-anak. Pria-wanita. Pegawai-pelajar. Pokoknya meriah lah yauw....
Salon-salon penuh orderan. Baik yang order busana komplet sekalian riasan wajah maupun yang sekadar sewa busana. Nah, lho. Kukira, inilah hikmah pertama Hari Kartini. Para pemilik salon itu tentu diam-diam berkata, "Matur nuwun Ibu Kartini, tiap tanggal 21 April begini omzet kami meningkat." Hehehe... :D
Hmmm. Kiranya bagiku, Hari Kartini tahun 2016 ini berbeda nuansa. Saat Adiba kelas 1-2-3-4, tak sekalipun dia ikut euforia berkebaya pada Hari Kartini. Alasan tepatnya entah apa? Aku tak tahu sama sekali hingga kini. Pokoknya enggak jelas, deh.
Maka tatkala kemarin siang sepulang sekolah, dia mengeluarkan seperangkat alat shalat....eh, seperangkat kain berikut kebaya dan manset dalamannya, aku terpana. "Aku ditunjuk sebagai pembaca teks Pembukaan UUD, Bunda. Jadi besok, terpaksa ikut kartinian. Nih, aku sudah nyewa baju dari salon. Barengan Viola dan Qiessa tadi. Bayarnya lima puluh ribu, " kata Adiba panjang lebar.
Mendengar perkataannya itu, lagi-lagi aku terpana. Makin terpana sebab dia sudah langsung meminta uang sewa baju kepada sang ayah. Asli, ini saaangaaat kereeen. Kamu Kartini beneran, Nak. Mandiri. Bisikku dalam hati, sesyahdu mungkin. Namun, siapa sangka? Ternyata malamnya, aku kembali dibikin terpana olehnya.
"Bunda. Yang namanya alas bedak itu mana?" Tanya Adiba seraya mendekatiku. Ditentengnya pouch Oriflame yang berisi beberapa peralatan make up. Kutunjukkan. Lalu, dia menanyakan beberapa hal lain terkait make up wajah. Kujawab semampuku. Jelek-jelek begini eike 'kan konsultan Oriflame. Jadi, enggak buta-buta amatlah dengan riasan sederhana yang mendasar. Hihi.... :D
"Besok aku mau dandan sendiri. Enggak usah didandani Bunda," kata Adiba mantap. Aku tersenyum lebaaaar. Penyebabnya? Hmmm. Tentu saja sebab aku merasa takjub dengan kepedeannya. Tapi kayaknya lebih sebagai ekspresi rasa lega deh... sebab esok hari tak perlu repot mendandani anak. Aih! Dasar bunda songong.
"Tapi enggak usah pakai bulu mata palsu dan pensil alis," saranku.
"Memangnya kenapa?"
"Sebab Bunda enggak punya keduanya."
"Halah, Bundaaa...."
Dan tarrraaaa...!!! Barusan satu jam yang lalu, Adiba berangkat ke sekolah. Dia memang mempersiapkan segalanya sendiri. Mulai dari merias wajah hingga berkebaya komplet dengan jilbabnya, semua betul-betul dilakukannya tanpa bantuanku. Hasilnya? Rapi kok. Paling tidak, enggak kayak badut. Nah, lho. Dia betul-betul Kartini masa kini 'kan? Anak pintar tiada tara. Haha!
Tapiii..... Berhubung Adiba tadi ogah kupotret, maka yang kupasang kali ini fotonya tatkala ia masih imyuuut. Tatkala ia baru saja masuk SD. Berkebaya juga, sih. Tapi bukan dalam rangka Hari Kartini, melainkan saat peringatan Hari Jogja pada Oktober 2011.
#Ini bagian pertama dari dua tulisan, ya
#Insya Allah besok aku akan menulis tentang aktivitas Adiba di sekolah, saat merayakan Hari Kartini
Salon-salon penuh orderan. Baik yang order busana komplet sekalian riasan wajah maupun yang sekadar sewa busana. Nah, lho. Kukira, inilah hikmah pertama Hari Kartini. Para pemilik salon itu tentu diam-diam berkata, "Matur nuwun Ibu Kartini, tiap tanggal 21 April begini omzet kami meningkat." Hehehe... :D
Hmmm. Kiranya bagiku, Hari Kartini tahun 2016 ini berbeda nuansa. Saat Adiba kelas 1-2-3-4, tak sekalipun dia ikut euforia berkebaya pada Hari Kartini. Alasan tepatnya entah apa? Aku tak tahu sama sekali hingga kini. Pokoknya enggak jelas, deh.
Maka tatkala kemarin siang sepulang sekolah, dia mengeluarkan seperangkat alat shalat....eh, seperangkat kain berikut kebaya dan manset dalamannya, aku terpana. "Aku ditunjuk sebagai pembaca teks Pembukaan UUD, Bunda. Jadi besok, terpaksa ikut kartinian. Nih, aku sudah nyewa baju dari salon. Barengan Viola dan Qiessa tadi. Bayarnya lima puluh ribu, " kata Adiba panjang lebar.
Mendengar perkataannya itu, lagi-lagi aku terpana. Makin terpana sebab dia sudah langsung meminta uang sewa baju kepada sang ayah. Asli, ini saaangaaat kereeen. Kamu Kartini beneran, Nak. Mandiri. Bisikku dalam hati, sesyahdu mungkin. Namun, siapa sangka? Ternyata malamnya, aku kembali dibikin terpana olehnya.
"Bunda. Yang namanya alas bedak itu mana?" Tanya Adiba seraya mendekatiku. Ditentengnya pouch Oriflame yang berisi beberapa peralatan make up. Kutunjukkan. Lalu, dia menanyakan beberapa hal lain terkait make up wajah. Kujawab semampuku. Jelek-jelek begini eike 'kan konsultan Oriflame. Jadi, enggak buta-buta amatlah dengan riasan sederhana yang mendasar. Hihi.... :D
"Besok aku mau dandan sendiri. Enggak usah didandani Bunda," kata Adiba mantap. Aku tersenyum lebaaaar. Penyebabnya? Hmmm. Tentu saja sebab aku merasa takjub dengan kepedeannya. Tapi kayaknya lebih sebagai ekspresi rasa lega deh... sebab esok hari tak perlu repot mendandani anak. Aih! Dasar bunda songong.
"Tapi enggak usah pakai bulu mata palsu dan pensil alis," saranku.
"Memangnya kenapa?"
"Sebab Bunda enggak punya keduanya."
"Halah, Bundaaa...."
Dan tarrraaaa...!!! Barusan satu jam yang lalu, Adiba berangkat ke sekolah. Dia memang mempersiapkan segalanya sendiri. Mulai dari merias wajah hingga berkebaya komplet dengan jilbabnya, semua betul-betul dilakukannya tanpa bantuanku. Hasilnya? Rapi kok. Paling tidak, enggak kayak badut. Nah, lho. Dia betul-betul Kartini masa kini 'kan? Anak pintar tiada tara. Haha!
Tapiii..... Berhubung Adiba tadi ogah kupotret, maka yang kupasang kali ini fotonya tatkala ia masih imyuuut. Tatkala ia baru saja masuk SD. Berkebaya juga, sih. Tapi bukan dalam rangka Hari Kartini, melainkan saat peringatan Hari Jogja pada Oktober 2011.
#Ini bagian pertama dari dua tulisan, ya
#Insya Allah besok aku akan menulis tentang aktivitas Adiba di sekolah, saat merayakan Hari Kartini
MORAL CERITA:
Semenyebelin apa pun seorang anak, pada saat-saat tertentu dia toh akan memperlihatkan sisi ciamiknya. Haha!
Tante tantik terpana Adiba, beneran... Bundamu aja yang nggak tahu jelas batasannya...iya, mending dandan sendiri gitu. Jangan percaya pada dandanan orang yang tak pernah dandan.
BalasHapus#komporMeleduk
eaaaaa...
Hapus