Sabtu, 16 April 2016

Mari Belajar dari Dave Pelzer


DAVE PELZER! Siapakah dia? Dia adalah salah seorang korban selamat dari kasus child abuse (= kekerasan terhadap anak), yang terjadi di Amerika Serikat. Kasus yang dialami Dave Pelzer merupakan kasus child abuse nomor tiga terparah, yang pernah tercatat di seluruh negara bagian Califonia.
Pelzer kecil kehilangan kesempatan bermain. Sang ibu selalu mengurungnya di rumah. Bahkan, dia tak diperbolehkan bermain-main dengan kedua saudara kandungnya. Untunglah dia masih diperbolehkan untuk pergi ke sekolah. Namun tentu saja, Pelzer kecil bersekolah dengan kondisi mengenaskan. Tubuhnya kurus kering penuh luka penganiayaan. Pakaiannya compang-camping dan tubuhnya dekil. Dia pun kerap kali mencuri makanan bekal kawan-kawan sekolahnya. Pendek kata, dia menjadi siswa bermasalah.
Begitulah nasib buruk yang dialami Pelzer semasa anak-anak. Sebuah kisah nyata yang rasanya lebih mirip dengan kisah film yang dramatis. Bagaimana bisa seorang ibu kandung tega menyiksa anak kandungnya sedemikian rupa? Bagaimana bisa sang ibu yang bersangkutan memiliki kepribadian ganda? Tega berbuat kejam kepada buah hatinya sendiri, sedangkan ketika di hadapan pihak lain dapat berubah menjadi ibu yang ramah kepada si anak yang selalu disiksanya.
Tapi takdir-Nya berjalan. Di kemudian hari, Dave Pelzer tidak lagi seorang bocah lelaki yang menyedihkan. Dia telah bermetamorfosis menjadi seorang lelaki dewasa yang penuh percaya diri. Bahkan, selalu mempunyai harapan-harapan masa depan. 
Sudah pasti metamorfosis itu diraihnya dengan penuh perjuangan. Pelzer kecil selalu memikirkan hal-hal yang indah, sesuai dengan yang diinginkannya. Sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan kenyataan hidupnya sendiri. Sambil membereskan pekerjaan rumah yang sangat banyak dan berat untuk anak seusianya, yang dibebankan oleh ibu kandungnya sendiri, Pelzer kecil senantiasa berpikir tentang kebebasan dirinya. Bebas lepas dari segala macam kekejaman tak terkontrol sang ibu kandung. 
Bayangan-bayangan tentang kehidupan yang indah memang selalu dihadirkan Pelzer. Tujuannya tentu saja untuk menghibur dan menyamankan diri. Terlebih tatkala dia sudah merasa sangat kelelahan dan kesakitan. Apa boleh buat? Rupanya itulah satu-satunya cara untuk menyamankan dirinya sendiri.
Jelas bahwa Pelzer adalah sosok anak yang kuat. Dia mampu bersahabat dengan ujian hidup yang berat. Dia bagaikan karang kokoh yang tak terpatahkan di tengah lautan ganas. Meskipun tiap hari dihantam ombak liar yang bergulung-gulung, dia tetap tegar berdiri. Dengan caranya yang khas anak-anak, dia berusaha menghadirkan sesuatu yang bernama “kebahagiaan”. Dan, tentu saja, cara menghadirkannya melalui pikiran positifnya.
Untuk kurun waktu yang lama, Pelzer berhasil bertahan dengan cara seperti itu. Hingga takdir Tuhan membuatnya bisa benar-benar terlepas dari cengkeraman sang ibu kandung. Dan selanjutnya, dia pun berkesempatan tumbuh dewasa dalam situasi diri yang betul-betul berbeda.  
 Terus terang saja, tidak banyak anak korban child abuse yang setangguh dan seberuntung Dave Pelzer. Demikian pula, tidak banyak orang yang mampu bersahabat dengan ujian hidup yang sulit dan berat. Nah! Berkaca dari kasus Dave Pelzer, sebagai manusia yang mengaku beriman, kita mestinya juga mampu bersikap sama. Bukankah Allah tidak pernah membebani hamba-Nya dengan beban yang melampaui kemampuan si hamba? 
Jelas dan tegas Alquran telah menyatakannya, “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S. al-Baqarah: 286). Maka sesungguhnya, tak ada alasan bagi kita untuk  tidak mau “bersahabat” dengan ujian hidup. Toh ujian hidup juga merupakan karunia-Nya.
Apa MORAL CERITA dari kisah Dave Pelzer tersebut? Begini. Lagi-lagi kita hanya disuruh memilih. Bersedia menerima cobaan hidup dengan ikhlas atau tidak? Jika kita menerima dengan ikhlas, maka segalanya akan terasa mudah dan ringan. Jika kita tidak mampu menerimanya dengan  ikhlas, maka segala yang terjadi akan terasa berat dan sulit.

Tulisan di atas dikutip dari buku Jangan Bersedih (Adiba A. Soebachman) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!