Rabu, 06 April 2016

My Blog My Adiba



AHA! Tentu saja foto itu foto Adiba. Nama lengkapnya Adiba Octavia Pramono. Yang namanya kerap kusebut di dalam blog ini. Yang kisah aneh-anehnya menginspirasiku untuk terus menulis dan berbagi lewat tulisan. Yang kekurangsempurnaan sikapnya memotivasiku untuk selalu memperbaiki diri. To be a better mom for her! Yang aneka perbuatan keterlaluannya memotivasiku untuk marah.... Eh?

Ya, itulah Adiba yang dititipkan oleh-Nya kepadaku. Sebenarnya juga dititipkan ke ayahnya sih. Tapi sang ayah lalu menitipkannya lagi kepadaku. Walhasil, ya sudah. Berarti benar kalau kubilang "dititipkan kepadaku". Haha!

Memang, selalu ada harapan baik bagiku bersamanya. Betapa tidak? Dia masih tunas, yang pada saatnya nanti mesti tuntas bertumbuh. Untuk menjadi sesuatu. Untuk menjadi kemanfaatan dan keberkahan. Maka wajib bagiku untuk senantiasa bersemangat membersamainya. Dalam suka dan duka. Dalam kondisi berduit ataupun kondisi bokek. Aku gak boleh letoy, dong. Kalau aku letoy dalam semangat, apatah lagi dengan si bocah yang kupimpin?

Tapi sejujurnya, aku kok merasa kurang serius ya berperan sebagai ibu baginya? Maksudku begini.... Kuamati, para ibu yang lain tuh selalu mengungkapkan rasa cinta dan sayang secara baik dan benar. Mendayu-dayu plus serius santun bermakna. Lalu, kerap foto barengan menampakkan kemesraan ibu dan anak. Sementara aku? 

OMG! Aku berfoto bareng Adiba, berdua saja? Aduh, Cin. Itu sekadar obsesi bagiku. Yang ada.... tampang bundanya yang imut ini malah bakal dihapus bila kesampaian foto bareng. Atau, diedit dengan dikasih taring bak serigala. Bukannya aku berprasangka buruk. Tapi ini berdasarkan pengalaman saja sih. Terlalu memang. Bikin aku galau bin risau. Ah!

Entahlah bagaimana perasaanku terhadap Adiba. Sayang? Cinta? Sik, sik. Lebih baik tak usah ditanyakan ya soal itu kepadaku? Asli, aku tak tahu tepatnya perasaanku kepadanya. Lha wong kalau kami bersama, selalu ada hal yang kami pertentangkan. Misalnya dia berencana mencuci baju-bajunya tiga hari lagi, sedangkan aku maunya dia mencuci baju sekarang; dia menyukai J-Pop dan K-Pop, aku menyukai Metallica. 

Namun aku akan rindu serindu-rindunya, bila sehari saja tak melihatnya. Ckckck. Rasa rindu ini pun sebetulnya kurasakan rancu. Apakah aku merasa rindu sebab cinta dan sayangku yang besar kepadanya? Ataukah sebab tak ada bocah yang diomeli? Jadi, mulutku terasa masam sebab seharian tak mengomel. Hehehe.... :D

Aku pikir, Adiba pasti bingung juga bila ditanya apakah mencintaiku atau tidak? Tapi yang jelas, aku boleh sedikit GR. Secara verbal dia memang tak pernah bilang sayang dan rindu kepadaku. Tapi tatkala aku ada keperluan-keperluan sehingga kerap meninggalkan rumah, dia protes. Katanya, "Punya anak kok ditinggal-tinggal." Nah, tuh kaan.... 

Saat aku hendak kerja kantoran pun dilarangnya.  Dia bilang, nanti dia akan kesepian kalau pulang sekolah dan tak ada orang di rumah. Padahal saudara-saudara, walaupun sosokku ada di dalam rumah terus, bisa saja dia mendiamkanku begitu saja. Seolah-olah aku ini dedemit yang tak tampak mata. Huft. Maka kadang kala aku bertanya pada kupu-kupu yang bertengger di kijing manis itu, "Cinta macam apa ini?"

Sudahlah. Meskipun kemesraan kami tak mengemuka, tak terlihat, dan absurd adanya; faktanya kami adalah ibu dan anak. Berarti sekeluarga. Fakta yang tak terbantahkan lho, ini.....  Haha!

O, ya. Ada satu hal penting yang ingin kusampaikan di sini. Berkat tulisan-tulisanku tentang dia, nama Adiba jadi familiar bagi sebagian kawanku. Terutama kawan yang rajin membaca postinganku di blog. Maka banyak salam yang terkirimkan untuknya.

Bahkan bagi yang belum pernah berkenalan langsung, Adiba menjadi sosok yang dipenasarankan. Aih. Kayak artis saja, ya. Bundanya saja lewat. Hihi.... Emange bundanya artis? Lewat mana? Lewat depan kijing manis?

Banggakah Adiba? Hmm. Entahlah. Tapi tatkala kusampaikan salam buatnya, dia selalu merespons dengan nada kurang ramah. "Ya, kuterima salamnya. Bunda sih, suka nyolong foto-fotoku di HP untuk dipasang di blog. Suka nulis-nulis tentang aku. Yang jelek-jelek pula. Bikin malu saja."

Aku tertegun, lalu senyum-senyum gak jelas. "Kamu 'kan inspirasiku, Ciiin," sahutku penuh semangat kejailan. Dengan penuh kelegaan juga sih.... Bagaimana tidak lega kalau ternyata ia tahu isi blogku? Berarti  ia sering curi-curi baca blog aku, dong. Ini bikin aku terharu.

Dan memang, pada suatu hari Adiba pernah dengan sedikit emosional bilang kepadaku. Kala itu pada suatu siang yang terang, saat usai ubek-ubek blog aku, dia berkata, "Kamu itu terlalu negative thinking kepadaku!" Oh la la! Aku takjub mendengar perkataannya.

Pertama,  Adiba memanggilku dengan "kamu". Waduh! Ini sih agak kurang ajar. Mesti dibenahi lagi sopan santun berbahasanya. Namun toh bisa kumaklumi, kala itu dia lagi emosi jiwa nada tinggi. Kedua, Adiba mempergunakan frase negative thinking. Wuih, tahu negative thinking segala dia. Aku tahu kalau dia paham maknanya, tapi aku tak yakin dia tahu cara menulisnya secara benar. Haha!

Oke. My blog my Adiba! Ini benar adanya. Semoga kelak cerita-ceritaku tentangnya, tentang perilakunya yang ajaib dan ajib, bisa dilirik suatu penerbit untuk diterbitkan. Entah untuk buku genre apa pun itu. Aamiin.

MORAL CERITA:
Rasa cinta itu kadang kala susah terverbalkan. Tak mengapa! Toh sikap dan perbuatan akan merangkumnya menjadi sebuah realita yang nyata. Ahaiiii....:D



6 komentar:

  1. Anak-anakku panggil ibuk'e. Berasa jadi orang ketiga tunggal...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaaa hahahaha....orang ketiga tunggal aku dia merekaa

      Hapus
  2. Adiba....aku followermu.
    ttd.Candy Belani

    BalasHapus
  3. lebih tepatnya jadi kawan bebuyutan ibunya ya Adiba...
    Salam dari teman ibu niih
    :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wokeee, salam langsung aku serahkan dan diterimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, tumben kali ini bilang, iya oke...dg RAMAH, soale lg minta dibeliin es

      Hapus

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!