BAIKLAH. Mari sejenak (lhoo, kok cuma sejenak??...) kita lupakan perkara hantu, kijing, tuyul, dan kroco-kroconya. Mari di Ahad pagi yang renyah ini kita nikmati kerupuk... lho, lho, lho... malah jadi kerupuk? Ah, sudahlah. Belibet juga jari jemari lentikku ini bilamana sedang laper #bukan baper!
Pokoknya (hadewh... lha kok ngeyel tenan, pakai "pokoknya":...) kali ini, sesuai dengan judulnya, aku hendak berkisah sedikit tentang buku karyaku. Sebagaimana umumnya buku yang telah terbit, tentu saja buku-buku itu lalu dijual. Ya iyalah, masak disimpan saja? Kurang kerjaan bener penerbitnya?
Nah! Penjualannya sudah pasti melalui toko-toko buku. Tentu saja begitu. Mana ada buku dijual di toko besi dan bangunan? Daan, toko bukunya bisa berada di dunia nyata maupun dunia maya (bukan dunia lain yang itu tuh...). Lalu pada akhirnya, dijual diskonan pula di pameran-pameran.
OMG! Mengapa nasib buku harus begitu? Dijual diskonan secara besar-besaran? Di mana keadilan? Tolong Pak Presiden, bantu dan lindungi kami. Iya, kami. Para praktisi perbukuan yang berkomitmen mencerdaskan bangsa. Yang mana anak-anak bangsa ini mesti makin ditingkatkan kecerdasannya. Di mana keadilan? Jual markobar saja untungnya banyak kok jualan buku susah laku? #Gubrakkks
Eh, ngeri isi paragraf di atas. Kalau pada zaman ORBA mungkin sudah masuk kategori subversif. Hmmm, ada yang tidak ngeh dengan ORBA, orde baru? Waww. Kalau tidak ngeh berarti alangkah mudanya usia Anda? Duh, duh, berarti alangkah jauhnya aku dari masa remajaku nan imut dulu? #mulai-baper-kalau-ini
Haiyahhh. Sudah, sudah. Mari balik ke tema, ke judul, hmmm... tadi kita bicara tentang penjualan buku 'kan? Oke. Tadi sudah dibahas tentang penjualan melalui toko buku dan pameran. Kini saatnya kita perbincangkan cara penjualan yang ketiga. Cara penjualan yang ketiga adalah direct selling. Wedeww... sok-sokan berbahasa Inggris. Padahal cuma tahu arti no smoking.... :D
Nah. Sama-sama terjual, yang paling memuaskan adalah bila aku mampu menjualnya sendiri. Yang aku sebut direct selling tadi itu, lho. Bagaimana tidak puas, ya? Hasil dari promosiku sendiri, yang aku tawarkan sendiri, lalu langsung dapet duit pas transaksi jual-beli beres. Rasanya gimanaaa gitu?
Makin terasa seru ketika jual beli yang kulakukan online. Pembelinya mesti transfer lebih dulu, baru kemudian aku bungkuskan untuk dikirim via pos. Ya, aku paling kerap mengirim apa pun lewat BUMN oranye itu. Sebab kurasakan paling oke, sejauh ini, bagiku.
Membeli buku langsung dari penulisnya tentu punya sensasi berbeda. Aku merasakannya demikian, selaku pembeli dan pembaca. Maka tatkala bertindak sebagai penulis dan penjual, aku juga sukarela membubuhkan tandatangan pada buku-buku yang kujual. Apa susahnya sih membubuhkan seuprek tandatangan? Memang akan makan tenaga dan waktu tersendiri bila yang harus ditandatangani puluhan buku. Tapi dengan cinta, aku kuat saja menjalani semua itu.
Dan karena aku cenderung kurang kerjaan, untuk para pembeli yang memiliki kedekatan emosi denganku aku beri surat khusus. Sepucuk surat tulis tangan yang kutulis sendiri. Bukan dituliskan oleh Adiba atau siapa pun jua. Masing-masing orang tentu tak sama isi suratnya. Hmmm. Betul-betul nambah kerjaan 'kan? Tapi lagi-lagi, kalau semua dikerjakan dengan cinta, akan ringanlah semua adanya. Camkan ituuuuhhh.... :D
#Kutulis-sebagai-tanda-terima-kasih-untuk-semua-teman-yang-telah-bersedia-beli-dan-baca-bukuku
#Bagi-teman-yang-belum-pernah-kukirimi-sepucuk-surat-itu-segeralah-beli-bukuku-hahaha....
MORAL CERITA:
Menulislah supaya engkau juga punya postingan blog serupa ini.... :D
Salah satu bukuku yang paling banyak aku jual dan aku tandatangani. Alhamdulillah!
Kadang kala aku menjual buku secara paketan. Ada yang mau beli secara paketan gak nih?
Kadang kala ada pula pembeli yang suka ngajakin narsis. Hahaha!
Tumpukan buku yang barusan kuambil dari penerbit. Sebenarnya sih diantar ke rumahku, bukan aku yang mengambil ke sono....
Penampakan tandatangan di buku itu!
Penampakan surat cinta itu!
Buku paketan yang sudah sampai di tangan pembeli. Fotonya dikirimkan kepadaku sebagai bukti sampai.
Itu penampakan tandatangan lagi....
Penampakan surat cinta lagi. Fotonya itu dikirim oleh si penerima. Sebagai bukti sampai. Haha!
Penampakan tandatangan di buku itu!
Penampakan surat cinta itu!
Buku paketan yang sudah sampai di tangan pembeli. Fotonya dikirimkan kepadaku sebagai bukti sampai.
Itu penampakan tandatangan lagi....
Penampakan surat cinta lagi. Fotonya itu dikirim oleh si penerima. Sebagai bukti sampai. Haha!
Dan, buku yang telah ditandatangani dan diberi kata-kata mutiara dijamin tidak bakal dijual sekenan oleh temanmu. Wkkk. Ceritane aku lagi bersih2 lemari mau jual buku bekas, Mbak, hihihi.
BalasHapushuahahaaaha... cucokk
Hapus