YUP! Melangkahlah apa adanya. Sesuai dengan kemauan dan kemampuan kita. Bukan kemauan dan kemampuan orang lain. Mengapa? Sebab diri kitalah yang melangkah. Yang bergerak. Yang mengeluarkan tenaga dan meluangkan waktu. Bukan orang lain. Mengapa? Sebab diri kitalah yang paling berhak mengendalikan hidup kita.
Apabila
kita tidak bisa menjalani hidup ini apa adanya, kita bisa terlindas dan
tergilas oleh waktu, bahkan oleh zaman. Kita terseret-seret tanpa ampun dalam
putaran sang waktu. Kita akan selalu bergerak mengejar entah. Kita tak akan
punya lagi ketenangan. Kita akan dikuasai oleh waktu, oleh materi yang kita
kejar.
Secara perlahan namun pasti, kita akan beranjak gila. Benarkah? Tentu saja benar. Mengapa? Sebab kita tidak lagi
bisa mengendalikan diri dan kehidupan kita sendiri. Kita akan senantiasa merasa
kurang, kurang, dan kurang secara materi; bahkan hingga kita mati nanti.
Maka akan
sia-sialah hidup kita. Kerja keras membabibuta dengan mengabaikan keluarga,
ironisnya juga sekaligus melupakan-Nya, tapi belum tentu bisa kaya. Justru yang
pasti bisa adalah: kita akan menyengsarakan keluarga! Celaka sekali, bukan?
Ya. Mari melangkah dengan apa adanya kita. Bukan melangkah demi gengsi. Bukan pula demi mencapai posisi tertinggi. Bukan pula melangkah dengan atribut-atribut dan aksesoris-aksesoris pemanis yang profan sifatnya. Tuhan itu Mahatahu, lho. Jadi, buat apa kita jaim di hadapan manusia dan tak tahu malu di hadapan-Nya?
#Tepok kuat-kuat jidat sendiri
#Terinspirasi oleh ingatan pada seseorang yang etos kerjanya berdasarkan materi semata....
MORAL CERITA:
#Tepok kuat-kuat jidat sendiri
#Terinspirasi oleh ingatan pada seseorang yang etos kerjanya berdasarkan materi semata....
MORAL CERITA:
Jaim itu sungguh enggak perlu sebab Tuhan beserta semesta raya ini mampu melihat hal yang sesungguhnya. Oke?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!