SUATU malam yang tenang usai hujan. Aku duduk membaca buku dengan riang. Di depanku dua gelas berisi minuman hangat. Komplet dengan makanan kecil penyertanya.
Tiba-tiba Adiba mendekat. Bukan. Bukan mendekatiku, melainkan mendekati dua gelas itu. Lalu, ia menyeruput jatah minumannya. Aku pun tergoda untuk mengganggunya.
Daku: "Diba. Kau ini sebenarnya anak siapa, sih?" (Sang bunda berlagak amnesia sembari menarik-narik rambut panjang sang anak).
Adiba: "Anak Bunda, toh? Bunda yang suka iseeeeng...." (Sang anak menjawab sambil berusaha melepaskan tangan sang bunda dari rambutnya).
Daku: "Alhamdulillah. Akhirnya kamu mengakuinya. Kalau sadar bahwa kamu anak Bunda, mbokyao nurut kalau dinasehati Bunda." (Sang bunda senyum-senyum dengan dada membuncah penuh haru).
Adiba: "Ah, Bunda... (Kali ini sambil joget-joget di depan cermin). Dengar nih, Bunda. Kalau memang Bunda mengakuiku sebagai anak, mbokyao aku diizinkan bandel.... YESS!" (Adiba pun mendadak melompat tinggi sambil berteriak).
Daku terpana sesaat, lalu....Huahahahahaaa! Akhirnya, kami berdua malah makin memperkeras tawa.... HUAHAHAHHAHAHA....
Tiba-tiba Adiba mendekat. Bukan. Bukan mendekatiku, melainkan mendekati dua gelas itu. Lalu, ia menyeruput jatah minumannya. Aku pun tergoda untuk mengganggunya.
Daku: "Diba. Kau ini sebenarnya anak siapa, sih?" (Sang bunda berlagak amnesia sembari menarik-narik rambut panjang sang anak).
Adiba: "Anak Bunda, toh? Bunda yang suka iseeeeng...." (Sang anak menjawab sambil berusaha melepaskan tangan sang bunda dari rambutnya).
Daku: "Alhamdulillah. Akhirnya kamu mengakuinya. Kalau sadar bahwa kamu anak Bunda, mbokyao nurut kalau dinasehati Bunda." (Sang bunda senyum-senyum dengan dada membuncah penuh haru).
Adiba: "Ah, Bunda... (Kali ini sambil joget-joget di depan cermin). Dengar nih, Bunda. Kalau memang Bunda mengakuiku sebagai anak, mbokyao aku diizinkan bandel.... YESS!" (Adiba pun mendadak melompat tinggi sambil berteriak).
Daku terpana sesaat, lalu....Huahahahahaaa! Akhirnya, kami berdua malah makin memperkeras tawa.... HUAHAHAHHAHAHA....
MORAL CERITA:
Tuhan tidak pernah lupa. Bila Anda kerap mempermainkan kata-kata dalam obrolan dengan anak dan teman, maka suatu ketika anak Anda ditakdirkan untuk membalas Anda dengan telak. Haha!
Iki mesti menurun dari ibunya huwaaaa
BalasHapushuaaa...itu tampaknya benar Mbaakkkk
HapusHooh ya. Sepanjang masih pada koridor yang benar ya nggak apa-apa.
BalasHapusSalam hangat dari Surabaya
hehehe....makasih atas kunjungannya pakdhe, salam juga dari Jogja :)
Hapus