TIBA-TIBA pagi ini, tatkala aku sedang berusaha --camkan: "berusaha"-- untuk berkonsentrasi penuh terhadap pekerjaan, dering telepon mengagetkanku. Mataku yang semula cenderung terpejam pun mendadak terbuka lebar. Lhadalah. Sebenarnya lagi berkonsentrasi atau lagi terkantuk-kantuk?
Dari seberang sana terdengar suara yang biasa-biasa saja. Dalam arti, tidak merdu dan tidak bikin hatiku bergetar; tidak cempreng dan tidak bikin perasaanku meliar. Sekali lagi, biasa-biasa saja. Yang tidak biasa adalah isi pembicaraan kami.
Kami berbicara tentang politik? Halah. Kok le ngayawara. Tentang masa depan? Duh, duh. Masa depan kami sudah jadi masa lalu toh? Tentang cinta? Ih! Sori dori mori, ya. Aku lebih suka berbicara tentang Rangga tanpa melibatkan Neng Cinta.
Keep calm. Kami hanya bicara tentang tiket travel. Akhirnyaaa tiket pemberangkatan pagi aku dapatkan. Oke. Langsung bungkus tanpa ditawar-tawar lagi. Deal. Berarti 99,9% aku jadi mudik.Walaupun mudiknya pas H+2, yang penting bisa ikut arus kekinian: mudik! Hehehe....
Mengapa kubilang 99,9%? Sebab belum terlaksana. kalau aku sudah menginjakkan kedua kaki di kampung halaman, di rumah ortu yang ada di Pati sono, barulah kuberani bilang 100%. Oke?
#Tolong abaikan sosok peneleponku
#Jangan tuduh aku lagi pamer kemampuan untuk mudik lebaran tahun ini
#Inti cerita tulisan ini bukanlah soal mudiknya
MORAL CERITA:
Sedetil apa pun persiapan dan rencana yang kita susun, kesuksesan eksekusinya akan amat tergantung pada 1% yang signifikan; takdir-Nya!
lho kok aku didahului...aku kan mau telpon juga...dengan suara lemah lembut laper... selamat mudik ...salam buat Soimah
BalasHapushahaha...Mbak Indah tahu kan yaaa siap yang menelepon ituu?? Penelepon yang membawa berkah, berupa gretongan tiket
Hapusbadalah, mbak agustina.... sido ketemuan ora? ojo mudik H- yo (padahal belum tentu juga ketemu)
BalasHapusMBakk...insyaAllah klo nekad, kita bisa buka puasa bersama lhoo sebelum mudik...aku mudik Hplus
Hapus