ALLAHU AKBAR, Allahu akbar, Allahu akbar.... Demikian lantunan suara takbir bergema keras di sekelilingku. Bergema keras di ruang dengarku, mengalahkan gaung-gaung kerinduanku padamu. Sungguh! #Haiyyaah! Mulaiiii!
Sampai-sampai aku --yang mestinya sudah bisa tertidur nyenyak-- merasa rancu. Tepatnya rancu dan ragu sehingga melontar sebuah tanya, "Apakah sekarang sudah lebaran? Kok aku belum beli baju baru?" #Eeaaa....
Aku tidak sedang bermimpi. Sungguh. Aku memang sedang mengantuk berat, tapi tidak sedang bermimpi. Percayalah. Lantunan takbir yang bergema tiada henti itu memang ada. Betul-betul ada dan mengada. Seliwar-seliwer di jalanan depan rumah. Yang melantunkan anak-anak dan remaja kampung.
Yup! Mereka sedang berlatih keras sejak seminggu lalu. Berlatih untuk mengikuti lomba takbiran pada malam takbiran nanti. Yaiyalaah. Lomba takbiran ya pada malam takbiran, dong. Masak pada malam bulan purnama?
Seru pakai banget sih latihannya. Meriah. Gegap gempita. Mengharukan. Membuatku tak kuasa untuk tak ikut bertakbir. Mana tahan? Mereka melantunkan takbir dengan penuh semangat. Dengan kesungguh-sungguhan yang total. Yang kebagian memukul drum juga begitu. Penuh energi yang menyala-nyala.
Bagus, sih. Sebuah latihan yang sesuatu. Walaupun jujur bagiku, latihan seru itu membuatku tak bisa tidur awal. Hmmm. Lewat sepuluh malam, mereka baru akan bubar. Akan tetapi, kepungan suara takbir dan drum jelas jauh lebih baik. Jauh lebih baik? Iya, jauh lebih baik daripada teror yang dikirimkan oleh suara letusan mercon.
Hah! Baru ingat aku. Alhamdulillah Ramadan tahun ini hampir tak pernah kudengar suara mercon di kampungku. Alhamdulillah, Alhamdulillah. Dan semoga, usai menulis begini, esok dan esoknya lagi tetap tak ada teror mercon bagiku. I hope.
Satu lagi, kehirukpikukan ini memang membuatku menunda jadwal tidur. Tapi sesungguhnya aku bersyukur sebab ini merupakan kehirukpikukan yang positif. Daripada mereka hirukpikuk nanggap grup ndangdut koplo, lho. Mana sambil minum alkohol oplosan pula. Wah! Itu lebih nista 'kan?
Satu lagi, kehirukpikukan ini memang membuatku menunda jadwal tidur. Tapi sesungguhnya aku bersyukur sebab ini merupakan kehirukpikukan yang positif. Daripada mereka hirukpikuk nanggap grup ndangdut koplo, lho. Mana sambil minum alkohol oplosan pula. Wah! Itu lebih nista 'kan?
MORAL CERITA:
Kadang-kadang rasa terganggu Anda memang butuh dituliskan supaya tak lagi terasa nyesek di dada. Hehe...
teror mercon di sekitarku masih ada mbak. soalnya rumahku di tengah sawah. anak2 nyumetnya di sawah #terorTakPernahBerhenti
BalasHapusoiya,betulll, mereka memang disutuh pindah ke tengah sawah...duuuh, nasibmu ya mbak? hehehe
Hapus