BANDARA dan udara... Hmm. Demikian Rangga mengawali puisinya untuk Cinta. Kala itu dia hendak mulai terbang ke Jakarta; dari New York. Sebuah puisi yang dibaca Cinta dengan rasa yang membuncah. Sebuah puisi yang pada akhirnya mengubah takdir asmara keduanya. Dan, aku iri pada takdir itu! #Baper tingkat dewa
Sudah. Cukup. Bapernya berhenti di sini saja. Yang menjadi pertanyaan kemudian, mengapa kali ini aku sok-sokan nulis tentang bandara? Mau terbang ke Aceh? Hiii.... mauku, suatu hari nanti. Mau ke Eropa? Hmm. Insya Allah. Why not?
Tapi sesungguhnya, aku nulis tentang bandara sebab barusan melewati dua bandara. Camkan: melewati. Bukan sengaja mendatangi. Jadi ya, hanya lewat. Betul-betul lewat. Tak bermaksud hendak bepergian dari bandara ataupun datang dari kepergian yang jauh.
Begini, begini. Aku mendadak terinspirasi nulis tentang bandara sebab teringat pada Rangga berikut AADC2; terkhusus pada adegan seperti yang kuceritakan di atas. Mengapa tetiba ingat Rangga? Sebab ndilalah dalam dua hari berturutan, aku berkesempatan memegang pagar pinggiran dua bandara yang bersaudara. Itu lho, Bandara Adi Sucipto Jogja dan Bandara Adi Sumarmo Solo. Bukankah keduanya bersaudara? Sama-sama berasal dari Marga Adi. Haha!
Lalu? Apa inti dari tulisan ini? Hmm. Apa ya? Kukira intinya begini. Aku hanya ingin pamer bahwa aku barusan memegang pagar pinggiran bandara. Ih, bagi Anda itu mungkin norak. Tapi bagiku, keren. Enggak kalah keren dari NicSap.... #Lhah? Teteeeuup!
Sudahlah. Mari percayai alinea yang ini saja. Mengapa aku tetiba ingin nulis tentang dua bandara tersebut? Sebab keduanya amat berbeda nuansa. Bandara di Jogja kulihat selalu ramai dan sibuk. Detik menitnya seolah selalu berlari. Sebaliknya bandara di Solo, jauh lebih sepi. Seperti tergenang dalam kesunyian yang nyata.
Mengapa ya? Mungkinkah penyebabnya pada lokasi? Bandara Jogja lebih strategis letaknya sehingga banyak orang lebih suka berangkat/pulang dari sana? Sementara bandara di Solo lebih nyempil di ujung kota sehingga orang pun enggan bepergian melalui sana?
Ah, entahlah? Pertanyaanku tak dijawab pun tak jadi soal. Lha wong cuma pertanyaan sepele. Tapi bila ada yang bersedia menjawabnya ya aku jauh lebih suka....
MORAL CERITA:
Kehidupan acap kali membawa kita ke tempat-tempat tak terduga. Siapa yang menyangka kalau pada suatu ketika, tanpa niat sedikit pun untuk naik pesawat, aku justru sempat bengong lama di dekat Bandara Adi Sumarmo Solo?
Ah, entahlah? Pertanyaanku tak dijawab pun tak jadi soal. Lha wong cuma pertanyaan sepele. Tapi bila ada yang bersedia menjawabnya ya aku jauh lebih suka....
MORAL CERITA:
Kehidupan acap kali membawa kita ke tempat-tempat tak terduga. Siapa yang menyangka kalau pada suatu ketika, tanpa niat sedikit pun untuk naik pesawat, aku justru sempat bengong lama di dekat Bandara Adi Sumarmo Solo?
.
Pergerakan ekonomi lebih nyata di Jogjakarta yang adalah sebuah ibukota Provinsi. Lebih banyak orang yang datang dan pergi ke Jogja. Kalau gak percaya tanya aja Katon. Dia aja pulang ke Jogja.
BalasHapusPulang ke kotamu ... ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu ... tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa maknaa
Terhanyut aku akan nostalgia saat kita saling luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja
hahahaa....makasihhh atas jawabannyaaa hahaha
Hapustiap mudik saya selalu melewati dua kali bandara hhh
BalasHapuskok melewati saja Mbak>..mampir dong heheheh
Hapus