HARI ini, sekitar jam sepuluh pagi, berkumpullah para ibu. Mereka adalah para peserta arisan mingguan. Ndilalah lokasi berkumpulnya tepat berada di depan rumahku. Jadi mau tak mau, aku tahu kegiatan mereka tanpa harus kepo maksimal. Buat apa kepo? Celotehan dan isi obrolan mereka yang bervolume keras sangat mudah kudengar dan kupahami. Hehehe....
Untuk apa mereka berkumpul di pagi yang agak mendung ini? Padahal biasanya, arisan digelar Minggu malam. Kalau Ramadan diganti menjadi Minggu siang.
Mereka berkumpul untuk menerima pembagian saham. Eits. Jangan salah paham dulu. Saham yang dimaksud di sini bukanlah saham sebagaimana pengertian aslinya, lho. Tapiii... semacam pembagian SHU kalau di dunia koperasi. Eh? Enggak juga, ah. SHU itu 'kan dibagikan saja. Tak usah dikembalikan. Kalau saham yang dimaksudkan ibu-ibu itu sebenarnya hutangan. Jadi, kelak wajib dikembalikan.
Ya, saham yang dimaksudkan dalam perkumpulan arisan itu = hutangan. Tepatnya hutangan jelang lebaran. Gile beneeer. Walaupun itu hutangan yang wajib dibayar, peminatnya membludak. Kalau sampai ada yang tak kebagian, bisa keluar semua tuh sumpah serapah ke pengurus arisan. Wah, wah. Ngeriiiih....
Tahukah Anda? Jumlah nominal hutangan itu tak seberapa, lho. Kadang kala bahkan hanya seratus ribu rupiah saja. Kupikir kok enggak mencukupi kalau untuk belanja lebaran. Bagiku, seratus ribu itu bahkan masih kurang jika untuk bayar ongkos travel mudik.
Kukira, ibu-ibu itu sesungguhnya tetap bisa bikin ketupat lebaran deh walaupun tanpa pembagian saham a.k.a. hutangan jelang lebaran. Tapi mereka tersugesti saja oleh kecemasan mereka sendiri. Lagi pula, kalau uang diterima hari ini dan lebaran masih seminggu lagi, apa tak keburu ludes tuh uang?
Ah. Bagiku, ibu-ibu itu memang tersugesti saja. Cemas sendiri. Iya 'kan?
MORAL CERITA:
Dari tahun ke tahun, lebaran selalu saja dimaknai dengan kurang tepat.
Alhamdulillah tiap lebaran selalu ngirit. Soalnya apa2 dah ikut ortu di permudikan
BalasHapusheheh..Alhamdulilah, Mbak. Tapi kalaupun panjenengan tak ikut ortu di permudikan, modelnya tetap bukanlah emak-emak pemboros dehh
HapusU yeah... kita serupa senada-lah, Mbak. Hiks lalala yeyeye, pokoknya. Meriah, uy!
BalasHapuswoii...syalala jugaaa adekkk Flo...hehehe..
HapusTiap lebaran ibukku aku suruh nggak ngapa-ngapain. Nggak boleh keluar uang hehehhehe. Biasanya untuk kue aku yang menghadble, untuk makanan tradisional kakakku yang menghandle :-D
BalasHapusBagus itu, Mas... mestinya orang tua gak usah pusing2 lagi ketika anaknya sdh pada mandiri finansial
Hapus