AKU salah sangka. Semula kukira, Negeri van Oranje (selanjutnya ditulis NvO) merupakan novel pop biasa. Yang bisa kubaca dengan semangat renyah-renyah bergembira. Yang bisa menghibur tanpa mengajakku berpikir keras. Lha wong versi yang kupunya, sampul depan NvO itu terlihat sangat ngepop dan memuat tampang-tampang para bintang film.
Namun, oh la la! Alih-alih menghibur. Novel ini justru sukses bikin aku baper berat. Bagaimana tidak baper? Di sana sini bertebaran istilah dan kata dalam bahasa Belanda. Dan, itu sungguh-sungguh bikin aku terkenang pada mimpi buruk masa lalu: makul bahasa Belanda! Sebuah makul yang selalu kujalani dengan rasa frustrasi. Yeah.... Inilah kebaperanku yang pertama.
Baper yang kedua disebabkan oleh tokoh Geri, si tampan yang ternyata gay. Duh, duh. Padahal si cantik Lintang, mati-matian jatuh cinta kepadanya. Anda mesti paham, betapa hancurnya hati Lintang manakala tahu bahwa pria yang dicintainya ternyata punya pacar sesama jenis.
Duh, duh. You should know this. Kalah berebut asmara dengan seorang perempuan memang menyakitkan. Tapi sakitnya akan berlipat-lipat ketika pria yang kita cintai malah mencintai seorang lelaki. Alaaamaakk. Sialnya, daku pernah bernasib sama dengan Lintang. Nah, lho! Jadinya wajar 'kan jika aku baper? #Ada-ada saja kisah hidupku
Namun, oh la la! Alih-alih menghibur. Novel ini justru sukses bikin aku baper berat. Bagaimana tidak baper? Di sana sini bertebaran istilah dan kata dalam bahasa Belanda. Dan, itu sungguh-sungguh bikin aku terkenang pada mimpi buruk masa lalu: makul bahasa Belanda! Sebuah makul yang selalu kujalani dengan rasa frustrasi. Yeah.... Inilah kebaperanku yang pertama.
Baper yang kedua disebabkan oleh tokoh Geri, si tampan yang ternyata gay. Duh, duh. Padahal si cantik Lintang, mati-matian jatuh cinta kepadanya. Anda mesti paham, betapa hancurnya hati Lintang manakala tahu bahwa pria yang dicintainya ternyata punya pacar sesama jenis.
Duh, duh. You should know this. Kalah berebut asmara dengan seorang perempuan memang menyakitkan. Tapi sakitnya akan berlipat-lipat ketika pria yang kita cintai malah mencintai seorang lelaki. Alaaamaakk. Sialnya, daku pernah bernasib sama dengan Lintang. Nah, lho! Jadinya wajar 'kan jika aku baper? #Ada-ada saja kisah hidupku
Tapi terlepas dari dua kebaperanku, NvO ini kurasa penuh manfaat. Bisa dijadikan sebagai referensi bila kita ingin berwisata ataupun melanjutkan studi di Belanda. Percayalah. Ketika membaca kiat-kiat untuk memperoleh tempat kos murah, cara mendapatkan daging halal, strategi mengurus perizinan tinggal di Belanda, dan cara memenuhi persyaratan untuk bekerja paro waktu, kita malah serasa membaca buku panduan. Padahal, yang sedang kita baca sebuah novel toh?
Bahkan pada banyak bagian, diceritakan lumayan detil perihal sejarah suatu kota dan suatu bangunan. Belum lagi soal patriotisme dan nasionalisme yang disuguhkan melalui percakapan para tokoh. Yeah.... Pokoknya gitu, deh. NvO memang bukan novel pop biasa. Jadi, aku berani merekomendasikannya buat siapa pun yang hendak berkuliah di Belanda.
Perlu dicatat, ulasanku ini semata-mata menitikberatkan pada sisi kelebihan NvO. Sengaja tidak mengulik detil tentang faktor intrinsik dan ekstrinsiknya. 'Ntar jadi skripsi, doooong. Tujuanku jelas, yaitu memprovokasi Anda supaya niat membaca-membelinya. Kalau peminatnya masih bertambah-tambah, 'kan penerbit bisa mencetak ulang? Sebagai informasi, NvO yang kupunya merupakan cetakan ke-7, November 2015.
Nah, bagaimana? Setelah membaca ulasan ringan ini, Anda menjadi tertarik untuk membaca NvO? Ayolah segera saja beli dan baca. Ini nih penampakannya. Kuambil dari internet, sih. Maklumlah. Kamera HP-ku error. Haha!
aku pinjem aja, bisa gak mb?
BalasHapusInsyaAllah bisaaaaa
Hapus*pukpukpuk*
BalasHapuskebayang ke-baperan Mbak Agustina :D
Btw, novelnya keren, ya. Ini kan dari kisah nyata ya, Mbak.
Hehehe... Mbak Mugniar kok malah terbayangnya kebaperanku :) iya, novelnya berdasarkan kisah nyata yang telah dimodifikasi
Hapusada filmnya sih ya..
BalasHapuswkwkwk.. aku yang nggak punya pengalaman seperti itu, tapi baca dengan konfliknya, emang bikin baper :D
Iya Mbak Sari, novel itu difilmkan. Hehehe... baper baper baper...
Hapus