Rutinitas Awal Ramadan

SETELAH aku pikir-pikir dan renungkan (halaaah... kok seperti menghadapi masalah yang serius dan berat), ternyata ada satu hal yang selalu kulakukan sebelum Ramadan. Selalu kulakukan sehingga menjelma jadi rutinitas. Bukan. Bukan padusan bareng-bareng. Bukan pula belanja ke pasar untuk nyetok bahan-bahan pangan. 

Lalu? Aku hanya sibuk berpesan, kok. Maksudku berpesan ke tetangga kanan kiri. Isi pesannya sama. Budhe/Bulik/Mbak, tolong nggih saya digedor-gedor kalau belum bangun pas saatnya sahur. Kalau ruang tamu masih gelap, berarti saya masih molor. Demikian isi pesan yang saya sampaikan dengan cengar-cengir namun penuh keseriusan.

Karena tetanggaku adalah segerombolan orang baik, mereka menyanggupi. Walhasil tatkala waktu sahur, BBM-SMS-miskol pun berhamburan dari HP. Kalau tetangga depan rumah selalu memastikan bangun atau masih molornya aku dengan membuka pintu depan rumahnya. Begitu pintu depannya terbuka, langsung akan terlihat situasi ruang tamuku. Sudah terang benderang atau masih gelap gulita?

Dan, pernah pula tetangga depan rumahku sampai ketuk-ketuk pintuku. Haha! Penyebabnya jelaaass, aku masih lelap dalam tidur cantik. Hmm. Para tetanggaku memang amat baik hati dan tidak sombong. Alhamdulillah aku ditempatkan-Nya di lingkungan yang demikian baik.

Lalu setelah aku pikir-pikir dan renungkan lagi, aku kok enggak pernah ya gantian membangunkan mereka? Ndilalah mereka juga tak pernah berpesan-pesan seperti aku begitu. Hmm. Aku tahu. Pasti mereka yakin bahwa berpesan seperti itu kepadaku akan tak bermanfaat. Haha! Duhai para tetangga, makasihhh yaa....

MORAL CERITA:

Sungguh, tetangga adalah berkah dan rezeki tersendiri bagi kita!