LAMA tak merasai cuaca kampung halaman, rasanya kok begini? Maksudku, tatkala mudik.... mengapa panas matahari terasa lebih cetar membahenol? Biasanya toh di Jogja begitu? Kerap pula matahari menggelar diskon besar-besaran. Tapi rasanya masih jauh lebih adem daripada di kampung halamanku ini?
Namun bagaimanapun, semua ini menepuk bahuku. Mengingatkanku bahwa aku toh anak pantura. Anak pantai utara Jawa. Tergolong sebagai penduduk daerah pesisir utara Jawa. Yang memang... cuaca di situ lebih panas, bok. Haha!
Apa pun itu, Alhamdulillah. Cuaca panas toh akan mendingin bila jiwa kita sesejuk embun pagi. Bukankah nyaman atau tidaknya situasi, sangat tergantung pada hati yang merasai? Haiyyaah....
Baiklah, baiklah. Aku kepanasan dan kehausan sekarang ini. Mau segera minum. Maka cukup saja tulisan ini. Sangat singkat memang. tapi sudah menjelaskan intinya. Apa intinya? Lhah... itu tadi, aku kepanasan.... Haha!
MORAL CERITA:
Ternyata manusia bisa lupa pada cuaca kampung halamannya!
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!