SENIN, 18 Juli 2016, dan Adiba kembali bersekolah. Masih di sekolah yang lama. Dia 'kan belum berhak masuk ke sekolah yang baru, yang jenjangnya lebih tinggi. Padahal, penampilannya sungguh menipu. Maksudku, terlalu sering daku ditanya orang-orang yang salah paham. Eh? Salah tanya atau salah paham ya istilahnya? Mereka pikir Adiba sudah masuk SLTP tahun ini. Ih, dasar bongsor. Hihi....
Walaupun tujuannya tetap ke sekolah lama, pagi ini Adiba menaiki sepeda yang baru. Yoi. Bagi Adiba, naik sepeda baru pada tiap awal tahun ajaran baru sepertinya wajib deh.... Bukannya sombong, ya. Hal ini gara-gara kondisi saja kok sebenarnya. Tak disengaja untuk baru. Gimana enggak perlu sepeda baru kalau selaluuuuu sepeda lamanya rusak parah tepat di saat akhir tahun ajaran? Kukira, Tuhan sudah mengaturnya demikian.
Bila Adiba kembali bersekolah, berarti emaknya kembali rutin menyetrika. Haha! Dasar emak-emak partikelir tulen, hanya berkewajiban menyetrika seragam sekolah anak. Kalau emaknya PNS sih punya seragam juga, ya?
O, ya. Satu hal lagi yang berpengaruh dalam hidup si emak jika Adiba rutin bersekolah. Yakni... emaknya bisa sedikit memegang HP. Tatkala bersekolah, HP emaknya 'kan enggak dibawa. Kalau liburan sekolah full, aduuuh... si emak mau kirim pesan BBM secuil saja izinnya berlipat ganda. Masih ditambah pula dengan rayuan gombal berbalut es krim. Enggak sebanding banget. Maka aku bahagia hari bersekolah kembali tiba. Hidup sekolah!
MORAL CERITA:
Bagi seorang ibu rumah tangga sekalipun, ternyata jadwal kegiatan belajar-mengajar di sekolah formal bisa memengaruhi kehidupan di banyak lini. Haha!
selain pegang hape, emaknya juga asyik nonton tipi. iya kan mbak agustin
BalasHapusIya, Mbk Ima...tipinya ditonton, soalnya mau dipegang kok kesannya mlh hendak mengelapnya...hehehe
Hapus