Hari Terakhir Ramadan Tahun Ini

HARI ini, Selasa 5 Juli 2016, dan... hari terakhir Ramadan. Alhamdulillah. Zakat fitrah sudah kutunaikan kemarin siang. Alhamdulillah pula, lagi-lagi pas giliran mendata nama, namaku menarik perhatian. Eh, menarik pertanyaan-pertanyaan kepo. Hehe....

Kebetulan nama-nama lain yang kubawa, maksudnya yang nitip serahkan zakat fitrah padaku, juga punya nama-nama tak biasa. Mengejutkan. Enggak sinkron. Maksudnya enggak sinkron begini: panggilan sehari-hari Bambang, eh, ternyata nama KTP Joko Widodo.

Sudah, sudah. Tak usah membahas nama lagi. Mari membahas hari yang menyedihkan ini. Yakni hari terakhir di Ramadan 2016 ini. Rasanya baru kemarin aku kehilangan sandal jepit, kok Ramadan sudah habis. 

Kok sandal jepit? Iya, dong. Aku 'kan beli sandal jepit baru pas hari-hari awal Ramadan dulu. Lalu hilang tak lama kemudian, di teras rumah sendiri. Hmmm. Biasanya sandal jepit itu hilangnya di masjid toh?

Hmmm. Gimana ya perasaanku? Rasanya aku belum berhasil meraih lailatul qodar. Kok tahu-tahu sudah mau lebaran? Huft! Ya Allah, panjangkanlah usiaku supaya masih bisa berjumpa dengan banyak Ramadan lagi. Aamiin.

Entahlah. Entah mengapa selalu ada kegalauan semacam ini di hari terakhir Ramadan. Anda jangan salah sangka dengan menilaiku sebagai sosok amat religius, ya. Aku sih ingin selalu merindukan Ramadan. Tapi senang juga kalau bisa makan di siang hari bolong. 

Yang bikin aku galau, Ramadan berlalu berarti tak ada lagi ngumpul bareng di mushala untuk nunggu azan Magrib. Terus, usai shalat Idulfitri kampung pun akan mendadak sepi. Semua tetangga mudik. Walaupun mudiknya hanya butuh bersepeda motor selama 30 menit, tetap saja meninggalkan kampung. Bikin aku merasa sunyi tanpa tetangga.

Untunglah lebaran hari kedua nanti aku berencana mudik. Jadi, kesunyian hanya akan kurasakan satu hari saja. semoga mudikku sukses. Aku tidak ketinggalan travel. Semoga....

MORAL CERITA:

Sungguh, tetangga adalah keluarga terdekat kita. apalagi jika kita ini adalah seorang perantau.