Kepedulian Nonmateri

DARI radio aku tahu bahwa ada Program Pesantren Dhuafa yang diselenggarakan oleh pemkot Jogja. Bertempat di Masjid Diponegoro kompleks Balaikota Yogyakarta. Pesertanya 50 orang. Terdiri atas kaum miskin perkotaan. Yakni mereka yang berprofesi sebagai tukang becak, kuli bangunan, tukang tamban ban, dan aneka profesi "pinggiran" lainnya.

Para peserta mengikuti kegiatan pesantren dengan sukarela. Tidak diwajibkan, tidak dipaksa, tidak diminta. Sebagai reward atas kesediaan mereka mengikuti pesantren, di ujung acara kelak masing-masing akan diberi sebuah mushaf Alquran, bingkisan lebaran, dan uang tunai sebesar Rp1.000.000,00. 

Subhanallah. Sebuah reward yang lumayan besar kukira. Yang jauh lebih penting, pengalaman menggembleng mental dan hati di pesantren tentulah sedikit banyak bisa memperkaya batin mereka. Memperluas wawasan juga. Insya Allah pasca mengikuti Pesantren Dhuafa mereka dapat memperbaiki kualitas hidup.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh salah seorang pengelola pesantren, "Ini adalah salah satu bentuk kepedulian kami. Yaitu kepedulian nonmateri. Tujuannya supaya mereka dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan."

Yup! Benar sekali. Kepedulian nonmateri. Selama ini kepedulian terhadap kaum papa mayoritas masih sebatas kepedulian materi. Begitu ingar-bingar lebaran usai, habis pula bingkisan dan angpao lebarannya. Sangat materialis. Malah cenderung memicu hedonisme dan konsumerisme kecil-kecilan.

Baru kusadari, hampir tak pernah ada yang menyentuh sisi nonmateri. Yang memberikan kepedulian dalam bentuk nonmateri. Aku yakin bahwa sebagian kecil kalangan sudah mulai menjalankannya. Namun, jauh lebih banyak yang belum. Maka asaku, di masa-masa mendatang akan lebih banyak orang/kalangan yang lebih mau memberikan kepedulian nonmateri. Aamiin.

MORAL CERITA:

Dalam memberikan bantuan kepada kaum papa, acap kali kita terlena. Yakni terlena dengan hanya berfokus pada bantuan yang bersifat material belaka.