Sabtu, 09 Juli 2016

Tentang Mudik




AGAR dianggap kekinian, ayo kita bicara tentang mudik. Sebuah istilah yang selalu ngehits semenjak jelang lebaran hingga aroma lebaran habis. Habisnya pun digilas oleh istilah yang bermakna kebalikannya, yaitu "balik". Ingat. Ada arus mudik dan arus balik 'kan?

Mudik = menuju udik. Mudik = mulih dilik. Mudik = menuju kampung halaman (baik berupa desa maupun kota) tercinta di ujung sana. Mudik = menemui orang tua. Sudah? Belum, dong. Mari lanjutkan ke alinea berikut.

Mudik = menuntaskan rindu. Mudik = mengais kenangan masa lalu. Mudik = menunjukkan bahwa kita telah menjadi sesuatu. Mudik = memperlihatkan bahwa kita telah mampu membeli sesuatu. Cukup. Kita tuntaskan di sini agar tak berkepanjangan.

Baiklah. Apa pun makna mudik, ternyata hampir semua orang menyukai mudik. Merasa bahwa mudik itu amat penting dalam hidup. Mengapa bisa begitu? Mungkin karena mudik berarti pulang. Dan pulang, hampir selalu menawarkan kebahagiaan. Konon pulang selalu menyenangkan. Jadi, banyak orang merindukan saat untuk pulang.

Masalahnya, ada sebagian kecil orang tak suka pulang. Atau, memang tak punya uang untuk pulang. Atau, tak punya tempat untuk pulang. Maka untuk dua golongan ini, ingar bingar arus mudik terasa sedikit mengintimidasi.  

MORAL CERITA:
Lebaran di Indonesia identik dengan mudik. Maka perantau yang tak mudik di kala lebaran dianggap makhluk aneh. Kasihan.... #Untung kali ini aku mudik

2 komentar:

Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!

 

PIKIRAN POSITIF Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template