TIAP memasuki Agustus, syaraf-syaraf kebaperanku meningkat drastis. Daku menjadi
gampang mellow. Memandangi pagar dan gapura yang dicat merah putih, aku terharu.
Hadir di keriuhan lomba agustusan, aku terharu. Mengenang nasib mantan, aku
lebih terharu…. Gubraks!
Namun, jangan
salah. Tingkatan kebaperanku itu tetap kalah, kok. Kalah oleh kobaran semangat di
dalam jiwaku. Di dalam jiwa Rangga ini, eh, raga ini…. #Maaf Cinta,
kusebut-sebut Rangga di sini :p
Jadi sebenarnya,
baper agustusanku bukanlah sebentuk kesedihan yang profan. Idih, opo iki? Melainkan
secuil kesedihan yang bermakna…. #Oalaaah gayaneee :p
Sudahlah,
sudahlah. Pokoknya begini. Agustus
selalu menggairahkanku. Selalu membangkitkan nasionalismeku. Selalu membuatku
terkenang masa perjuangan. Selalu membuatku geram pada kaum pecundang negeri.
Selalu membuatku super sedih. Iya, sedih karena banyak saudaraku sebangsa yang
suka bikin kisruh negara…
Singkat
cerita, Agustus selalu penuh makna
bagiku. Hari-hari yang terhimpun di dalamnya bertenaga. Serasa mengandung energi
yang berbeda. Energi sihir… yang menyihir penglihatan mata batinku. Halah.
MORAL CERITA:
Mumpung berada di bulan merah putih, ayolah kita sejenak berefleksi
diri terkait negeri ini. Oke?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!