MALU!
Inilah yang kurasakan begitu tahu perihal kehidupannya. Sebuah jalan hidup yang
kubayangkan tak bakalan sanggup kutempuh dengan baik; dalam arti tanpa keluh
kesah dan tanpa amarah yang membuncah. Tapi sejauh ini terbukti kalau ia mampu…. Hebat.
Di balik
fiksi-fiksi yang ditulis di blognya, tak kutemukan nada keluh dan irama murka.
Status fesbuknya pun tak menyiratkan kejenuhannya pada rutinitas terbatasnya. Malah
lebih kerap ia memasang foto-foto menu makanan yang siap disantapnya. Hehe…. :p
O, iya.
Mengapa aku sebut rutinitas terbatasnya? Sebab aktivitasnya memang amat terbatas.
Kondisi sang mama yang tergolek di tempat tidur di sepanjang waktu menyebabkannya
begitu. Menyebabkannya tak leluasa bepergian kapan pun ia mau.
Jikalau
butuh dan memang harus bepergian untuk mengurus suatu hal, ia akan merancangnya
sebegitu rupa. Memadatkan jadwal dan memaksimalkan agenda kegiatannya. Terlebih
sekarang kalau mau pergi, ia mesti mengincar-incar dulu sepeda motor siapa bisa
dipakainya.
Hmm. Jangan
keburu baper membaca paragraf-paragraf di atas. Memang mengharukan. Anda layak merasa ikut bersedih. Anda layak bersimpati kepadanya. Ia… yang
jalan hidupnya ditakdirkan terlampau berat menurutku.
Namun, tak
lantas bermakna Anda mesti membaca
dengan air mata berurai. Atau,
dengan rona muka yang penuh duka. Mengapa? Karena ia sendiri tidak bersikap cengeng.
Tidak sedikit-sedikit berkisah mengenai takdirnya. Buktinya, aku sampai tak
menyangka bila telah belasan tahun ia sibuk mengurusi sang mama yang sakit. Yang berarti sejak ia masih
remaja SMA.
Kuyakin bahwa
sekali waktu ia tentu pernah berlinangan air mata. Manusiawi. Siapa yang tak
bersedih bila tiap saat mesti melihat sang mama dalam kondisi sakit? Jangankan
berharap sang mama membikinkan seporsi nasi goreng. Berharap beliau tak merasakan
sakit selama lima menit saja, rasanya sekadar obsesi baginya hari-hari ini.
Duuuh, sungguh merupakan suatu takdir yang berat ‘kan?
Maka aku merasa malu padanya. Diam-diam merasa tertampar.... Kupikir caranya menyikapi hidup membangkitkan kembali semangat hidupku yang rasanya tengah sedikit meredup. Syukurlah beberapa waktu lalu kami diperkenankan oleh-Nya untuk saling berbicara lebih mendalam. Alhamdulillah.
Sebuah pertemuan yang penuh obrolan ala telenovela, susah diikuti oleh kaum perfeksionis, tapi pada titik tertentu ada bahasan serius tentang filosofi hidup yang digenggamnya. Nah. Filosofi yang terwujudkan dalam sikap penuh canda tawanya itulah yang menginspirasiku untuk kembali bersemangat. Ndilalah waktunya kok ya bertepatan dengan momentum agustusan.
Oke. Terima kasih, Kawan. Kau telah menepuk bahuku, menyadarkanku. Kuyakin ada banyak rasa tak nyaman yang berkecamuk di hatimu. Demikian pula, ada banyak impian yang berkelindan di sepanjang hidupmu hingga detik ini. Tapi kesadaranmu untuk memilih mendampingi mama di setiap saat bagaimanapun acap kali menjadi batas. Menurutku, dedikasimu itu sungguh tak terbatasi. Semoga Tuhan selalu berkenan kepadamu.
FLO, tulisan ini untukmu....
MORAL CERITA:
Kenyataan itu untuk dihadapi. Bukan untuk dihindari. Mengapa? Sebab lari dari kenyataan itu capeknya luar biasa.
Aamiin. Luar biasa, Mbak Flo. Saluut. Jadi ikutan malu dan tertunduk. Diriku ndak ada apa2nya dibanding semangat dan ketulusan mbak Flo, mengurus seorang Ibu. Hiks hiks. Makasih mbak Tinbe, tulisanmu menegurku.
BalasHapussama2...kita sama2 tertegur kok mbaa
HapusAamiin...Makasih...sangat inspiratif...
BalasHapusalhamdulillah klo bisa inspiratif mbaa
HapusAmin. Sangat inspiratif sekali mba
BalasHapusmakasih mb, atas kunjungannya... iyaa, Flo memang menginspirasi :)
Hapus