SEPERTI biasa, tadi aku menyetel radio zadoel sebagai peneman aktivitas pagi. Kalau beraktivitas dengan soundtrack radio, rasanya 'kan ada teman. Ada suara-suara begitu. Kalaupun di sela-sela suara radio ikut nyempil suara dedemit, toh bakalan tersamar. Dengan demikian, aku tak menjadi ketakutan sebab tidak sadar sedang ditakuti.
O, ya. Selain sebagai peneman, sebenarnya aku punya maksud lain ketika menyetel radio. Yakni ingin menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu, untuk mencari inspirasi-inspirasi yang sekiranya nyangkut dengan ide-ide di otakku. Yang di kelak kemudian hari, bisa kueksekusi menjadi sebuah tulisan penuh makna. Hmmm. Mulia sekali tujuanku dalam menyetel radio 'kan? #Patut-Anda-tiru
Seperti biasa pula, pagi tadi aku berhasil "mendapatkan sesuatu" dari sebuah acara perbincangan. Meskipun ketinggalan acara dan sampai sekarang tak tahu apa judul acaranya, aku sukses menangkap satu poin penting dari situ. Yakni poin yang sangat berkaitan dengan kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Mengenai... takdir kebhinekaan kita!
Sang narasumber kurang lebih mengatakan begini, "Faktanya, kita sebagai bangsa Indonesia ditakdirkan-Nya menjadi bangsa yang majemuk. Yang punya 1001 macam perbedaan. Yang tentunya sangat berlainan sehingga sangat sulit untuk diseragamkan. Dan sebaliknya, justru sangat mudah untuk dipecah belah.
Yang menyedihkan, banyak di antara kita yang justru berkampanye mengenai kebhinekaan. Padahal mestinya, kita kuat berkoar-koar mengenai ketunggalikaan. Kita datang dari kemajemukan dan perbedaan, berkumpul untuk memperbincangkan tentang persatuan, ketunggalikaan, yaitu yang mengerucut menjadi sebuah wadah yang disebut INDONESIA.
Itulah yang dilakukan oleh para tokoh pendahulu kita. Orang-orang yang memperjuangkan berdirinya republik tercinta ini. Mereka mampu menahan ego golongan dan kedaerahan masing-masing demi mengusir penjajah asing. Maka mestinya kita sekarang memperjuangkan ketunggalikaan. Bukan malah mendukung kebhinekaan. Dan saat ini, kita sangat kekurangan platform ketunggalikaan."
Maka teringatlah aku pada materi sebuah mata pelajaran ketika SD atau SMP dulu. Tatkala itu kumerasa gagal paham dengan penjelasan guru. Sang guru bilang, "Kemajemukan bangsa Indonesia adalah modal untuk menjadi bangsa yang terbesar di dunia. Tapi jika tak dikelola dengan benar, akan menjadi potensi ancaman perpecahan bangsa."
Jujur saja, otakku yang pas-pasan lemot mencerna makna penjelasan tersebut. Namun, sekian tahun pun berlalu. Hingga akhirnya aku melihat, pada tahun-tahun belakangan potensi ancaman perpecahan itu mulai tampak nyata. Iya. Potensi perpecahan sebab kemajemukan dan perbedaan yang kita punya. Anda pun melihatnya toh?
Aku bersyukur, akhirnya aku paham penjelasan guruku. Tapi aku sangat sedih, mengapa tahun demi tahun justru platform kebinekaan yang lebih banyak muncul? Mengapa perbedaan yang ada hendak begitu saja kita seragamkan? Mengapa masing-masing dari kita ingin tetangga kita serupa dengan kita? Sementara sang tetangga juga punya keinginan yang serupa itu?
Faktanya, kita datang dari kebhinekaan. Maka sampai kapan pun akan berbeda. Baik kita upayakan untuk berbeda maupun tidak. Yang mesti dilakukan adalah mengupayakan ketunggalikaan. Demi meraih satu tujuan, yaitu mencapai Indonesia lebih baik.
Yeah.... Aku sedih dan sedikit lelah pikiran. Mengapa selalu saja kita terlibat
peperangan argumentasi dan saling mengintervensi? Iya, aku lelah menjadi
saksi peperangan tersebut. Aku lelah. Maka untuk mengurangi
kelelahanku, kutulislah unek-unek ini.
MORAL CERITA:
Sekalem-kalemnya aku, sekocak-kocaknya sudut pandangku dalam menjalani hidup, suatu saat toh akan muncul juga tulisan serius semacam ini. Hihi....
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!