ADA banyak warung soto di sekitar tempat tinggalku. Namun, rata-rata yang dijual soto ayam. Amat jarang yang menjual soto sapi. Hanya ada satu warung yang menjual soto sapi. Jadi harus siap-siap patah hati jika warung itu tutup, sementara keinginan makan soto sapi demikian membuncah. Malas deh kalau mesti pergi ke warung yang jauh di tengah kota sana. Boros di ongkos transportasi dan waktu perjalanan.
Maka kemarin hatiku bersorak kegirangan sebab menemukan Warung Soto Pak Tono. Iya, betul-betul menemukan. Sebab selama ini aku tak tahu keberadaannya, padahal kerap wara-wiri di daerah situ. Mungkin karena letaknya yang nyempil di tengah rerimbunan pohon dan bukan berada di tepi jalan raya. Atau bisa jadi, ini merupakan warung baru. Atau ... memang aku yang kuper plus kudet.
Banner menu dan daftar harga yang menempel di tembok warung. |
Alhamdulillah rasa soto sapinya "benar". Dalam arti, kuahnya gurih dan lumayan kental. Citarasanya sedikit di atas standar warung soto yang berlokasi di pinggiran kota. Daging sapinya pun empuk. Harganya standar. Porsinya pas. Kondisi warungnya juga bersih dan rapi. Jadi, aku berani mengulasnya di blog ini.
Mengapa kusebut rasanya "benar"? Sebab di Jogja ini aku beberapa kali kecewa soal rasa soto. Terutama bila makan soto di soto asli Jogja. Maksudku bukan di warung soto yang pasang papan nama khusus seperti Soto Lamongan, Soto Kudus, atau Soto Madura. Mengapa kecewa? Sebab kuahnya kerap kali terlalu encer. Yang paling menyebalkan, ada yang kuahnya manis.
Bayangkanlah sejenak. Kuah soto kok manis. Mentang-mentang di Jogja 'kali ya? Gudheg agak manis saja aku enggan memakannya. Apalagi soto. Duh, duh. Maka aku senang ketika nemu soto asli Jogja yang gurih dan berkuah kental. Mana lokasinya tak begitu jauh pula dari rumah.
Kalau ada yang kukeluhkan dari Warung Soto Pak Tono adalah bihunnya. Menurutku, bihunnya terlalu eksis alias terlampau banyak. Tidak imbang dengan eksistensi irisan kol, seledri, kecambah, dan taburan brambang gorengnya. Mbokyao bihunnya dikurangi dan sebagai gantinya, irisan daging sapinya ditambah .... Haha!
Penampakan seporsi soto sapi Warung Soto Pak Tono. |
Yang paling istimewa dari warung soto ini adalah lokasinya. Karena berada di tepi jalan desa, bukan jalan raya, relatif bebas polusi. Suasananya teduh dan asri. Apalagi berada dekat sungai dan di tengah rerimbunan pohon. Walaupun interior warung tidak instagramable, lingkungan sekitarnya amat memanjakan mata. Semua serba hijau alami bila kita memandang luar warung.
O, ya. Pengunjungnya rata-rata juga masih berusia hijau. Maklumlah. Lokasi warung 'kan di antara kampus UMY ( Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dan UPY
(Universitas PGRI Yogyakarta). Jadi, yang makan di situ kebanyakan mahasiswa.
Tertarik mencicipi soto sapi Pak Tono? Yuk, langsung satroni saja langsung warungnya. Kalau dari arah kampus UMY, masuk gang ke timur. Bablas saja ke timur ketika sampai di perempatan kecil. Tak jauh dari perempatan, setelah jembatan pas jalan menanjak, tengoklah ke kiri. Tuh, sudah sampai 'kan?
Murah ya mbak, dan kayanya emang enak tuh. Eh, yg hijau tuh bikin betah bolak balik #eh
BalasHapushahahaha ... Mbak Eni tau aja deeh, maksudnya yang (berusia) hijau kan ya?
HapusWaktu ke Jogja awal Desember kemarin nemu toko soto yang enak..tapi lupa namanya hehe..
BalasHapusWah, aku jadi kepo .... itu pasti di tengah kota ya?
HapusMotong dagingnya pipih banget, kayak mau dibikin dendeng.
BalasHapusbiar hemaat, Mbak ... hahaha...
Hapus