SEORANG batita ceria dan sehat. Aktif bergerak ke sana
kemari. Pegang ini dan itu. Lari ke sini dan ke situ. Memanjat ini dan
itu. Bermain ini dan itu. Pendek kata, ia selalu punya ide untuk
melakukan sesuatu.
Namun, sayang sekali. Sang orang tua kerap kali
meneriakinya. Teriakan larangan. Kalau si batita tak menggubris
teriakan larangan itu, lalu dihardik. Wah! Kadang kala si batita sampai menangis keras sekali sebab hardikannya juga keras.
OMG! Katanya disuruh pintar. Kalau tiap kali mengeksekusi ide diteriaki, mana bisa tumbuh jadi anak pintar? Hmmm. Apakah Anda tergolong orang tua yang seperti itu? Semoga tidak.
Jangan beralasan bahwa teriakan dan hardikan itu tanda sayang. Tanda memiliki perhatian berlimpah. Kalau tidak diteriaki dan dihardik, si bocah bisa celaka. Bisa jatuh hingga terluka bla-bla-bla. Ih? Mana bisa begitu? Tanda perhatian apa? Tanda sayang cap apa?
Begini, lho. Sejauh yang kuketahui, justru kerapnya teriakan larangan akan menyebabkan si bocah terbunuh ide-idenya. Atau, terkebiri keberaniannya. Alhasil saat usianya bertambah, ia akan tumbuh menjadi sosok yang penakut dan kosong ide. Serius lho, ini.
Aku bukanlah ahli parenting kenamaan. Belum pula menjadi orang tua yang sesempurna bundarnya bulan purnama. Tapi aku telah menerapkan cara pengasuhan anak yang lebih damai. Dulu aku bebaskan saja Adiba berkreasi apa pun. Maksudnya berkreasi itu ya mengacak-acak isi rumah. Dan kalau sedang bermain-main di luar rumah, hilir mudik ke sana kemari bereksperimen dengan apa pun. Yang tentunya, eksperimen-eksperimen si bocah acap kali bikin emaknya mengelus dada.
Lelah? Capek? Pasti, dong. Tapi kalau ikhlas, insya Allah semua akan baik-baik saja. Lelah dan capek itu akan menghilang dengan sendirinya. Si batita pun tidak bakalan terbunuh ide-idenya. Tidak bakalan terpasung keberaniannya.
Tapi mohon maaf. Jangan buru-buru salah paham dulu. Ini bukanlah parenting dengan cara memanjakan dan meliarkan anak lho, ya. Sama sekali tidak seperti itu. Justru parenting model begini bisa memaksimalkan proses kreativitas si bocah.
Yup! Kalau ada cara mengasuh dan mendidik yang lebih damai, mengapa pilih yang brutal? Kalau si bocah bisa dimaksimalkan ide-idenya, mengapa malah selalu dimatikan idenya?
MORAL CERITA:
Orang tua perlu selalu belajar supaya tidak salah jalan dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan Anda. Mohon tinggalkan jejak agar saya bisa gantian mengunjungi blog Anda. Happy Blog Walking!